Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat Tipis Rp15.917 usai Rilis Terbaru Ekonomi AS

Nilai tukar rupiah hari ini dibuka menguat 2 poin atau 0,01% menuju level Rp15.917 per dolar AS.
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat tipis pada hari ini, Jumat (27/10/2023). Di sisi lain, greenback bergerak moderat setelah rilis pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat untuk kuartal III/2023.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 2 poin atau 0,01% menuju level Rp15.917 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,01% ke 106,58.

Mata uang lain di kawasan Asia mayoritas dibuka menguat. Won Korea, semisal, dibuka menguat 0,74% dan Yen Jepang naik 0,07%. Selanjutnya, dolar Singapura menguat 0,03%, ringgit Malaysia naik 0,23%, dan peso Filipina menguat 0,19%.

Dolar AS menguat setelah semalam rilis pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melesat pada kuartal III/2023 dengan laju tercepat sejak kuartal IV/2021. Berdasarkan data pemerintah AS yang dirilis Kamis, (26/10/2023), produk domestik bruto (PDB) AS meningkat 4,9% pada kuartal III/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa ada kekhawatiran terhadap meluasnya potensi eskalasi perang Israel-Hamas terus terjadi. Selain itu, suku bunga AS yang lebih tinggi mendorong kenaikan dolar dan imbal hasil treasury.

“Tanda-tanda kekuatan ekonomi AS diperkirakan meningkatkan selera risiko, hal ini juga akan memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Ibrahim dalam riset yang dipublikasikan Kamis (26/10/2023).

Menurutnya, bank sentral AS akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan pekan depan. Namun, para pejabat The Fed tetap membuka peluang untuk setidaknya menaikkan satu kali lagi suku bunganya pada tahun ini.

Langkah tersebut memberikan isyarat bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama di tengah tingginya inflasi AS dan kuatnya perekonomian.

Dari sentimen dalam negeri, para pelaku pasar dinilai tetap memonitor perang yang terjadi antara Israel-Hamas. Ibrahim menuturkan bahwa dampak perang mulai merembes ke harga minyak dunia yang saat ini terus merangkak naik. 

“Risiko dan ketidakpastian global semakin meningkat. Hal ini dapat memberikan dampak rambatan atau spill over ke dalam negeri yang bisa mempengaruhi nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi,” tutur Ibrahim.

Pada 2022, harga minyak melonjak US$128 per barel dari US$60-US$70 per barel akibat dampak dari perang Rusia-Ukraina. Saat ini, harga minyak yang sebelumnya sudah menurun, kembali melonjak ke posisi US$90 per barel.

“Dengan adanya perang di Palestina, yang merupakan zona middle east adalah zona produksi minyak minyak dan gas terbesar dunia, gejolaknya sudah mulai terefleksi,” pungkasnya.

Selain itu, pergerakan harga gas juga masih minus 29,6% secara year-to-date (YtD) dan batu bara turun hingga 63,6%. Hal ini pun mempengaruhi APBN karena batu bara berkontribusi terhadap PNBP bahkan bea keluar jika diterapkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper