Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Suku Bunga Acuan BI Naik, Laju Rupiah ke Rp16.000 Sulit Dibendung

Memanasnya tensi politik di kawasan Timur Tengah membuat para spekulan menempuh aksi taking profit dari kenaikan dolar AS. Rupiah pun makin tertekan.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan ke level 6% dinilai akan sedikit menghambat laju penguatan dolar Amerika Serikat. Namun, dalam jangka menengah, pergerakan rupiah menuju Rp16.000 tampaknya sulit dibendung.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa langkah BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah kemungkinan hanya akan bertahan dalam jangka pendek, tetapi tidak secara jangka menengah dan panjang.

Menurutnya, memanasnya tensi politik di kawasan Timur Tengah membuat para spekulan menempuh aksi taking profit dari kenaikan dolar AS. Dari dalam negeri, musim politik yang berlangsung saat ini juga menjadi faktor yang akan membuat rupiah melemah.

“Ini harus berhati-hati karena yang dilawan BI adalah para spekulan, pas kebetulan bersamaan dengan tahun politik. Bisa saja rupiah itu ke Rp16.000 karena permainan spekulan yang sedang membutuhkan dana yang cukup besar,” ujar Ibrahim kepada Bisnis, Kamis (19/10/2023).

Pada penutupan hari ini, setelah sempat melemah hingga 130 poin, mata uang rupiah ditutup melemah 85 poin atau 0,54 persen menuju Rp15.815 per dolar AS.

Ibrahim mengatakan perdagangan hari ini terdapat aksi jual rupiah dalam jumlah besar. Dia menduga penjualan tersebut dilakukan untuk persiapan masa kampanye pemilihan presiden.

“Ada aksi jual rupiah yang begitu besar untuk persiapan pilpres [pemilihan presiden]. Kemudian nanti pada saat harga mungkin di Rp15.600-Rp15.700 bisa saja para spekulan akan membeli dolar AS kembali untuk menuju di Rp16.000,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, analis pasar mata uang Lukman Leong mengatakan kenaikan suku bunga BI memang cukup mengejutkan di tengah penurunan inflasi Indonesia.

Lukman menilai langkan menaikkan suku bunga merupakan usaha BI untuk meredam pelemahan rupiah, yang disebabkan oleh penguatan dolar AS akibat sikap agresif The Fed dan melonjaknya permintaan safe haven dari dampak perang Hamas-Israel.

“Hal ini akan menghambat depresiasi rupiah menuju Rp16.000, tetapi dengan perkembangan akhir-akhir ini, penguatan dolar AS terlihat susah dibendung,” pungkasnya.

Oleh sebab itu, dia mengatakan pergerakan rupiah ke level Rp16.000 akan sulit terelakkan kecuali jika ada perubahan besar seperti sikap The Fed yang melunak dan perang Israel vs Hamas mulai mereda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper