Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab IHSG Anjlok ke Bawah 6.900, Saham BBRI-GOTO Laris

IHSG melemah di tengah sentimen hawkish The Fed yang turut menekan bursa global, seperti Wall Street.
IHSG melemah di tengah sentimen hawkish The Fed yang turut menekan bursa global, seperti Wall Street.  Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
IHSG melemah di tengah sentimen hawkish The Fed yang turut menekan bursa global, seperti Wall Street.  Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (4/10/2023). Saham yang banyak diburu investor antara lain BBRI, BBCA, PTBA hingga GOTO.

IHSG melemah di tengah sentimen hawkish The Fed. Hal itu turut menekan bursa global, seperti Wall Street. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.00 WIB, IHSG berada di level 6.931,53. Posisi ini turun 0,12 persen atau 8,35 poin.

Setelah satu menit perdagangan IHSG bergerak di rentang 6.920,66 hingga 6.943,27. Sebanyak 102 saham menguat, 172 saham melemah dan 254 saham jalan di tempat. IHSG bahkan sempat menyentuh level 6.895.

Kemudian sebanyak 422,81 juta saham diperdagangkan dengan total nilai mencapai Rp292,33 miliar. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp10.338,52 triliun. 

Di tengah pelemahan indeks komposit, sejumlah saham tetap menjadi yang paling aktif diperdagangkan pada awal sesi I ini. Posisi pertama saham paling laris diisi oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang justru melemah 0,47 persen dan berada di posisi Rp5.250 per saham. 

Selanjutnya saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masih berada di level Rp9.200 per saham dan diburu oleh investor. Disusul saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang turun 1,09 persen dan berada di posisi Rp2.710 per saham. 

Kemudian saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang turun 1,12 persen serta saham PT Astra International Tbk. (ASII) yang masih stagnan. Saham lain yang ikut diburu adalah GOTO, UNTR dan BRIS. 

Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih memprediksi IHSG bergerak mixed cenderung melemah terbatas dalam range 6.900-6.970.

Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, Menurut S&P Global, indeks PMI manufaktur Indonesia periode September 2023 tercatat sebesar 52,3. Hasil tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 53,9, sekaligus berada pada level terendah sejak Mei 2023.

Pertumbuhan output produksi dan pesanan baru melemah, sedangkan ekspor mengalami perbaikan. Secara keseluruhan, Industri manufaktur domestik berada di level ekspansif dalam 25 bulan beruntun.

Di sisi lain, pemerintah menyiapkan Dana Insentif Daerah (DID) kepada Pemda dengan kinerja terbaik dalam pengendalian inflasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, masing-masing alokasi sebesar Rp1 triliun dan Rp3 triliun. Pemerintah juga mengalokasikan tambahan Dana Desa sebesar Rp2 triliun kepada 15.097 desa berprestasi di Indonesia.

Dari mancanegara, pada awal pekan, The Fed mengisyaratkan tren suku bunga tinggi akan berjalan lebih lama, bahkan kenaikan suku bunga lanjutan diperlukan jika data menunjukkan bahwa penurunan inflasi terhenti. Akibat pernyataan tersebut, imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun terakselerasi di level 4,79 persen dan menjadi yang tertinggi sejak 2007 (3/10/23). 

Sementara, tingkat pengangguran di kawasan Eropa periode Agustus 2023 tercatat sebesar 6,4 persen, turun dari bulan sebelumnya sebesar 6,5 persen. Jumlah penduduk yang tidak bekerja turun 107 ribu dari bulan sebelumnya sebesar 10,85 juta.

Bursa Global

Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa (3/10/2023) seiring dengan arah Federal Reserve (The Fed) yang memertahankan suku bunga tinggi.

Dow Jones Industrial Average turun 430,97 poin, atau 1,29 persen menjadi 33.002,38, S&P 500 kehilangan 58,94 poin atau 1,37 persen menjadi 4.229,45, dan Nasdaq Composite turun 248,31 poin atau 1,87 persen menjadi 13.059,47.

Indeks S&P 500 ditutup pada level terendah sejak 1 Juni pada hari Selasa karena data ekonomi menggarisbawahi pandangan Federal Reserve mungkin perlu mempertahankan suku bunga tetap tinggi, mengutip Reuters.

Dow berubah negatif untuk tahun ini untuk pertama kalinya sejak Juni dan berakhir pada level terendah sejak 31 Mei. Nasdaq juga ditutup pada level terendah sejak 31 Mei.

Data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS secara tak terduga meningkat pada bulan Agustus, memicu kekhawatiran tentang ketatnya pasar tenaga kerja menjelang laporan utama pekerjaan bulanan AS pada hari Jumat.

Investor terus mencermati imbal hasil Treasury, yang mencapai level tertinggi 16 tahun pada hari Selasa.

“Skenario yang diasumsikan sebagian besar investor adalah The Fed pada akhirnya perlu memangkas suku bunga jangka pendek, dan kita akan kembali ke lingkungan suku bunga yang menguntungkan. Tetapi investor melihat skenario yang berbeda sekarang – suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata Rick Meckler, partner di Cherry Lane Investments.

Suku bunga tinggi akan memengaruhi biaya pinjaman yang lebih tinggi sehingga berdampak negatif bagi dunia usaha dan konsumen.

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan tidak ada urgensi bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga kebijakannya lagi, namun kemungkinan akan memakan waktu "waktu yang lama" sebelum penurunan suku bunga dianggap tepat.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi, kemungkinan pada pertemuan bank berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper