Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Investor Reksa Dana Pasar Uang Tertinggi tapi AUM Turun, Kenapa?

Investor reksa dana pasar uang mencatatkan jumlah tertinggi dibanding jenis reksa dana lainnya. Pada saat bersamaan dana kelolaan atau AUM justru turun. Kenpa?
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Investor reksa dana pasar uang mencatatkan jumlah tertinggi melebihi reksa dana jenis lainnya sepanjang tahun berjalan. Pada saat bersamaan, dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) reksa dana pasar uang mencatatkan penurunan.

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dana kelolaan atau AUM reksa dana pasar uang di industri per Agustus 2023 mencapai Rp76,53 triliun, atau turun 1,50 persen secara month-over-month (MoM) dibandingkan Juli 2023 sebesar Rp77,70 triliun.

Di lain sisi, jumlah investor reksa dana pasar uang masih yang tertinggi sebanyak 2,7 juta investor. Diikuti reksa dana pendapatan tetap sebanyak 983.495 investor, dan reksa dana saham sebanyak 713.545 investor.

Namun berdasarkan data Infovesta dikutip Senin, (11/9/2023), indeks reksa dana pasar uang mencatatkan return positif 2,74 persen year-to-date (ytd), sedangkan indeks reksa dana saham terkoreksi -1,13 persen pada periode yang sama. Sementara itu, indeks reksa dana pendapatan tetap masih memimpin dengan kenaikan 3,66 persen ytd.

Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu mengatakan penurunan dana kelolaan reksa dana pasar uang disebabkan oleh faktor makroekonomi, seperti suku bunga bank sentral global dan Bank Indonesia (BI).

Sebagaimana diketahui, pelaku pasar memprediksi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed akan menaikkan suku bunga ke level 5,75 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2023.

Sementara itu, Bank Indonesia masih tetap menahan suku bunga acuan atau BI7DRR di level 5,75 persen. Namun, menurut Genta suku bunga BI yang ditahan di level tinggi tidak diimbangi kenaikan imbal hasil dari obligasi kurang dari 1 tahun yang biasanya menjadi underlying dari reksa dana pasar uang.

"Tingginya suku bunga deposito bank saat ini membuat tingkat imbal hasil reksa dana pasar uang menjadi kurang menarik, sehingga akhirnya banyak investor yang mengalihkan investasinya dari reksa dana pasar uang ke deposito perbankan," ujar Genta kepada Bisnis, Senin, (11/9/2023).

Terkait jumlah investor reksa dana pasar uang yang mencatatkan jumlah tertinggi, dia mengatakan ada dua investor utama dalam reksa dana pasar uang, yaitu investor ritel atau perorangan, dan investor institusi.

"Investor institusi, meskipun jumlahnya sedikit tapi memiliki dana kelolaan yang besar sehingga memiliki akses langsung ke perbankan yang memiliki suku bunga lebih menarik. Hal tersebut membuat investor institusi banyak memindahkan dananya dari reksa dana pasar uang ke deposito perbankan yang menggerus dana kelolaan industri," jelasnya.

Sementara itu, bagi investor ritel terutama pemula, reksa dana pasar uang merupakan pilihan favorit karena memiliki profil risiko yang relatif rendah.

Meskipun dana kelolaan dari investor ritel relatif lebih kecil dibandingkan dengan investor institusi, menurutnya saat ini investor ritel merupakan segmen yang memiliki jumlah paling banyak dan pertumbuhan tertinggi seiring dengan semakin tingginya literasi finansial di Indonesia.

Terkait prospeknya, Genta mengatakan reksa dana pasar uang ke depannya masih akan tetap memiliki performa yang baik, karena reksa dana pasar uang memberikan return yang stabil dengan risiko yang relatif rendah dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, terutama di tengah ketidakpastian perekonomian global dan domestik.

"Kami juga melihat tren kenaikan suku bunga deposito ke depannya sudah terbatas dan cenderung berpotensi menurun bila kondisi suku bunga The Fed dan BI berbalik arah, sehingga berinvestasi pada reksa dana pasar uang akan kembali atraktif," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper