Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Tertekan Dolar AS, Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed Menguat

Harga emas tertekan oleh penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS ketika data ekonomi mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.
Harga emas tertekan oleh penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS ketika data ekonomi mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Harga emas tertekan oleh penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS ketika data ekonomi mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global turun pada akhir perdagangan Rabu (6/9/2023), mencatat penurunan untuk sesi kedua berturut-turut.

Harga emas tertekan oleh penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS ketika data ekonomi yang optimis mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve, mengutip Antara.

Harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir US$8,40 atau 0,43 persen menjadi ditutup pada US$1.944,20 per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.954,50 dan terendah di 1.940,00.

Berbicara dalam sambutannya pada Rabu (6/9/2023) di New England Council, Presiden Federal Reserve Boston Susan Collins mengatakan Federal Reserve "berada dalam posisi yang baik untuk melanjutkan dengan hati-hati" dalam kenaikan suku bunga setelah salah satu siklus pengetatan paling agresif dalam beberapa dekade.

Meskipun The Fed "mungkin mendekati, atau bahkan pada, puncak" kenaikan suku bunga, "pengetatan lebih lanjut mungkin diperlukan" tergantung pada data, kata Collins. Dia memperkirakan suku bunga akan tetap pada tingkat yang restriktif untuk “beberapa waktu.”

Harga emas berada di bawah tekanan jual baru pada Rabu (6/9/2023) setelah data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan

"Hal ini meningkatkan ekspektasi terhadap suku bunga AS yang akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Logam mulia masih bergantung pada apresiasi dolar dan kenaikan imbal hasil Treasury," Lukman Otunuga, manajer analisis pasar di FXTM, mengatakan kepada MarketWatch.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan setinggi 105,02, tertinggi dalam sekitar enam bulan. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun berada di 4,295 persen, naik dari 4,267 persen pada Selasa (5/9/2023) sore.

Dolar yang lebih kuat dapat berdampak negatif terhadap komoditas, menjadikannya lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya, sementara suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.

“Sampai puncak dolar terjadi dan imbal hasil obligasi pemerintah mulai turun, emas akan kesulitan mengumpulkan reli,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada Rabu (6/9/2023) beragam. Indeks manajer pembelian(PMI) jasa-jasa dari Institute for Supply Management tercatat 54,5 pada Agustus, meningkat 1,8 poin persentase dibandingkan dengan angka Juli sebesar 52,7 persen.

PMI jasa-jasa S&P Global AS berada di angka 50,5 pada Agustus, sedikit di bawah perkiraan 51,0.

Sementara itu, laporan Monex Investindo Futures menyebutkan pergerakan harga emas masih dipengaruhi ekspektasi suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang kembali mengalami perubahan. Hal ini membuat harga emas kesulitan menguat.

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch miliki CME Group, probabilitas kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pada November kini mencapai 42 persen, mengalami kenaikan tajam dalam 24 jam terakhir, di mana sebelumnya berada di kisaran 33 persen.

"Perubahan ekspektasi yang cukup signifikan tersebut terjadi setelah harga minyak naik tajam, dan berisiko memicu kenaikan inflasi," jelas Monex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper