Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekap Korban Pertama ARB Simetris, Siapa Selanjutnya?

Saham emiten perikanan PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk. (ASHA) menjadi korban pertama kebijakan ARB simetris.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengembalikan auto reject batas bawah (ARB) simetris mulai kemarin, Senin (4/9/2023). Saham emiten perikanan PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk. (ASHA) menjadi ‘korban’ pertama normalisasi kebijakan tersebut.

Berdasarkan data RTI, saham ASHA anjlok 29 poin atau 34,94 persen ke level Rp54 per saham. Kemarin, saham ASHA diperdagangkan sebanyak 2.423 kali. Volume transaksi sebesar 50,85 juta saham dan nilai transaksi Rp2,75 miliar.

Price to earning ratio (PER) saham ASHA berada di 15,75 kali dengan price to book value ratio (PBV) 1,43 kali. Kapitalisasi pasar ASHA mencapai Rp270 miliar.

Posisi beli atau bid saham ASHA bahkan sudah kosong sebelum penutupan perdagangan kemarin. Kemudian, posisi jual atau ask tertinggi berada di level Rp54 per saham atas 1,65 juta saham.

Sebagaimana diketahui, auto rejection simetris memiliki ketentuan dengan saham di harga Rp50-Rp200 berlaku ARA 35 persen dan ARB 35 persen. Lalu, saham dengan harga Rp200-Rp5.000 akan berlaku ARA 25 persen dan ARB 25 persen, serta saham dengan harga lebih dari Rp5.000 berlaku ARA 20 persen dan ARB 20 persen.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan aturan ARB simetris dapat berdampak positif bagi investor agar lebih berhati-hati dalam memilih saham.

"ARB simetris juga menuntut investor untuk melakukan analisa terlebih dahulu dan untuk meminimalisir terkena saham-saham yang volatilitasnya tinggi," kata Sukarno kepada Bisnis, Senin (4/9/2023).

Kemudian, lanjut Sukarno, secara tidak langsung investor akan memprioritaskan saham-saham yang tergolong blue chip.

"Dampak lainnya transaksi bisa semakin ramai dan likuiditas akan semakin meningkat," ujar dia.

Sukarno juga melihat ARB simetris bisa saja berpeluang mempercepat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menuju level 7.000.

Katalis lainnya menurut Sukarno yang akan mempercepat IHSG menuju level 7.000 yaitu menjelang pemilu dan sikap dovish the Fed yang dapat meningkatkan kinerja indeks nantinya.

Secara terpisah, Analis Senior Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan pergerakan IHSG sedang mencoba untuk dapat menembus kembali level di atas 7.000 yang pernah dicapai beberapa waktu sebelumnya, salah satu faktor penunjang adalah rilis data perekonomian cadangan devisa serta mulai kembalinya arus capital inflow.

“Namun jika terjadi koreksi minor masih dapat dimanfaatkan oleh investor mengingat dalam jangka panjang IHSG masih dalam kondisi uptrend, “ jelasnya dalam riset, Senin (5/9/2023).

William memprediksi IHSG hari ini berpotensi menguat pada kisaran 6.888 – 7.082. Saham-saham yang menjadi rekomendasi antara lain BBNI, ITMG, TLKM, BBRI, AKRA, ASII, TBIG, dan KLBF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper