Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asing Ramai Keluar dari Pasar Modal Gara-gara Nada Hawkish The Fed

Aksi jual investor asing di pasar saham berisiko berlanjut pada beberapa minggu ke depan setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberikan pernyataan hawkish
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi jual investor asing di pasar saham berisiko berlanjut pada beberapa minggu ke depan setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberikan pernyataan bernada hawkish pada akhir pekan kemarin. Meski demikian, sejumlah saham tetap layak dikoleksi investor di tengah turbulensi ini.

Data RTI memperlihatkan bahwa nilai dana asing yang hengkang dari pasar saham mencapai Rp18,04 triliun per 25 Agustus 2023. Sementara itu, nilai net buy tersisa Rp924,44 miliar.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengemukakan hengkangnya dana asing dari pasar saham Indonesia dipicu oleh kenaikan yield obligasi Amerika Serikat yang mencapai level tertinggi dalam 16 tahun. Hal itu turut memicu pemangkasan peringkat utang AS oleh Fitch Ratings.

Sentimen eksternal lainnya datang dari performa perekonomian China yang berada di bawah ekspektasi pasar. Akibatnya, pasar saham di negara berkembang, termasuk Indonesia menjadi lebih volatil di tengah ketidakpastian.

“Ini membuat investor asing mengalihkan dananya dari pasar saham ke obligasi dan instrumen lain yang lebih aman,” kata Arjun, Senin (28/8/2023).

Terlepas dari kondisi ini, Arjun menilai pasar saham Indonesia masih prospektif sampai akhir tahun. Dia memperkirakan investor asing akan kembali ke pasar Indonesia dalam bulan-bulan mendatang, ditopang oleh valuasi yang menarik dan potensi pendapatan yang naik di antara saham-saham berkapitalisasi besar.

“Selain itu menjelang Pemilihan Umum terdapat kenaikan pengeluaran yang bisa menjadi penopang kenaikan harga saham, terutama untuk sektor konsumen, keuangan dan properti,” katanya.

Data historis yang dihimpun Infovesta memperlihatkan bahwa saham sektor keuangan telah naik 27,26 persen enam bulan sebelum Pemilu 2014 dan naik 22,23 persen dalam kurun yang sama sebelum Pemilu 2019.

Tren kenaikan serupa diperlihatkan sektor properti yang melesat 30,81 persen sebelum Pemilu 2014 dan naik 21,60 persen sebelum Pesta Demokrasi 2019.

Dengan mengacu pada hal di atas, beberapa saham yang menjadi pilihan utama Infovesta saat ini mencakup BBRI dengan target harga Rp5.750, kemudian TLKM di Rp3.940 dan INDF dengan target harga Rp7.325 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper