Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sengkarut Utang BUMN Karya Berisiko Tekan Setoran Dividen BUMN 2024

Sengkarut utang yang melingkungi BUMN Karya, termasuk PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), dinilai menjadi turunnya target setoran dividen BUMN Karya.
Aktivitas pembuatan beton di pabrik milik PT Wijaya Karya Beton./JIBI-Nurul Hidayat
Aktivitas pembuatan beton di pabrik milik PT Wijaya Karya Beton./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Sengkarut utang yang melingkungi perusahaan BUMN Karya, termasuk PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), dinilai menjadi salah satu faktor turunnya target setoran dividen BUMN tahun anggaran 2024. 

Berdasarkan Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024, pemerintah menargetkan setoran dividen BUMN sebesar Rp80,8 triliun. Jumlah ini lebih rendah 0,8 persen dari outlook dividen 2023, yakni Rp81,5 triliun.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat salah satu faktor turunnya target dividen BUMN pada 2024 tidak terlepas dari tekanan likuiditas yang saat ini dihadapi BUMN Karya.

“BUMN memasuki fase konsolidasi ditunjukkan dengan tekanan likuiditas beberapa BUMN, khususnya BUMN Karya yang berpengaruh kepada laba yang dihasilkan,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (28/8/2023). 

Menurut Bhima, tekanan yang dihadapi BUMN Karya juga berisiko menjalar ke sektor perbankan. Mengingat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat menyebutkan utang BUMN Karya kepada bank-bank pelat merah mencapai Rp46,21 triliun. 

“Jika bank BUMN [BBRI, BMRI, BBNI, dan BBTN] kemudian harus mengeluarkan pencadangan, maka imbasnya ke laba bank BUMN yang tergerus,” pungkasnya. 

Berdasarkan catatan Bisnis, WSKT memiliki total utang atau liabilitas sebesar Rp84,31 triliun pada semester I/2023 atau naik 9,20 persen year-on-year (YoY) dari posisi Rp77,2 triliun. 

Utang itu disumbang oleh liabilitas jangka pendek yang mencapai Rp22,79 triliun, meningkat sebesar 11,43 persen YoY. Adapun liabilitas jangka panjang mencapai Rp61,51 triliun alias terkerek 8,40 persen.

Pada saat bersamaan, ekuitas Waskita merosot tajam dari Rp19,93 triliun menjadi Rp12 triliun pada semester I/2023. Hal ini menunjukkan penurunan 39,76 persen secara tahunan.

Sementara itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mengakumulasikan total liabilitas Rp56,7 triliun atau meningkat 3,44 persen dibandingkan semester I/2022 yakni Rp54,81 triliun.

Jumlah ini disumbangkan oleh liabilitas jangka pendek sebesar Rp35,01 triliun atau turun 1,60 persen YoY, sementara utang jangka panjang melonjak 12,77 persen secara tahunan menjadi Rp21,68 triliun.

Pada saat bersamaan, WIKA mencatatkan penurunan ekuitas dari posisi Rp17,43 triliun menjadi Rp15,47 triliun per akhir Juni 2023. Perubahan ini mencerminkan penurunan sebesar 11,24 persen YoY. 

Sementara itu, saldo arus kas setara kas WIKA pada akhir periode Juni 2023 juga mengalami penurunan 44,29 persen YoY, atau dari posisi Rp3,28 triliun menjadi hanya Rp1,83 triliun. Adapun total aset terkoreksi 0,10 persen YoY menjadi Rp72,17 triliun. 

WSKT dan WIKA juga kompak menorehkan kerugian pada paruh pertama 2023. WSKT membukukan rugi bersih Rp2,07 triliun alias meningkat 776 persen YoY, sementara WIKA mencatatkan rugi dari posisi Rp13,32 miliar menjadi Rp1,8 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper