Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib Raksasa Rokok GGRM & HMSP saat Target Penerimaan Cukai Naik 2024

BRI Danareksa mempertahankan peringkat overweight untuk sektor rokok, termasuk saham HM Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garam (GGRM).
PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) resmi mengangkat dua nama baru dalam jajaran direksi/Bisnis-Iim.
PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) resmi mengangkat dua nama baru dalam jajaran direksi/Bisnis-Iim.

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah membidik kenaikan penerimaan cukai sebesar 8,3 persen sehingga menjadi Rp246,1 triliun untuk 2024. Di tengah proyeksi ini, emiten rokok seperti PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) diperkirakan tetap akan mengerem kenaikan harga jual pada sisa 2023.

Target penerimaan cukai 2024 tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024. Pertumbuhan tersebut bakal didukung dengan rencana implementasi cukai plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).

Tim Riset BRI Danareksa Sekuritas mencatat target penerimaan cukai 2024 yang lebih tinggi daripada outlook 2023 juga sejalan dengan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang ditetapkan rata-rata sebesar 10 persen untuk 2023—2024 dan tarif sigaret kretek tangan (SKT) sebesar 5 persen secara tahunan (year-on-year/YoY).

Kenaikan cukai hasil tembakau sendiri direspons oleh emiten rokok dengan melakukan penyesuaian harga jual. Namun kenaikan harga ini justru berimbas pada volume penjualan di semester I/2023. Hal ini setidaknya tecermin dari volume penjualan GGRM dan HMSP yang masing-masing terkontraksi 22 persen dan 4,1 persen secara tahunan.

“Hingga minggu ketiga Agustus, kami tidak melihat adanya penyesuaian harga jual rokok yang signifikan. Kami yakin produsen rokok akan melihat terlebih dahulu tanda-tanda pemulihan daya beli sebelum kembali menaikkan harga,” tulis BRI Danareksa, dikutip Minggu (27/8/2023). 

Kedua emiten ini diperkirakan akan tetap melakukan penyesuaian harga jual pada paruh kedua 2023. Dengan asumsi volume penjualan di semester kedua stabil seperti semester sebelumnya, margin kotor HMSP akan bertahan di 16,2 persen dan GGRM sebesar 13,9 persen.

BRI Danareksa juga mengoreksi asumsi pertumbuhan volume jual HMSP menjadi turun 4,8 persen sehingga estimasi pendapatan sampai akhir 2023 juga 12,5 persen lebih rendah dari perhitungan awal.

“Namun, GGRM akan melaporkan pertumbuhan pendapatan 2023 yang lebih kuat sebesar 133 persen YoY berdasarkan perkiraan kami,” lanjut Tim Riset BRI Danareksa.

Melihat sentimen tersebut dan prospek penerimaan cukai pada 2024, BRI Danareksa mempertahankan peringkat overweight untuk sektor rokok, tetapi target harga saham HMSP dipangkas menjadi Rp1.000 dengan mengacu pada rata-rata PE 2-tahun sebesar 16,5 kali.

Namun, tingginya perputaran uang menjelang pemilu seharusnya menjadi pertanda baik bagi volume penjualan rokok.

“Kami mempertahankan sikap overweight di sektor ini dengan GGRM sebagai pilihan utama kami.”

Sebagai catatan, HMSP mencatatkan peningkatan penjualan selama semester I/2023. Kenaikan ini diikuti dengan pertumbuhan laba bersih yang mencapai 23,03 persen YoY menjadi Rp3,75 triliun.

Entitas Philip Morris International itu membukukan penjualan bersih sebesar Rp56,15 triliun pada paruh pertama 2023. Penjualan tersebut meningkat 4,95 persen persen dibandingkan dengan semester I/2022 sebesar Rp53,50 triliun.

Adapun volume penjualan HMSP menembus 40,5 miliar batang sepanjang semester I/2023. Angka itu turun 4,1 persen dibandingkan dengan semester I/2022 yang mencapai 42,3 miliar batang.

Penurunan ini sejalan dengan turunnya volume rokok yang diperdagangkan di pasar Indonesia selama Januari—Juni 2023. Total pasar rokok Indonesia pada paruh pertama 2023 menembus 141,1 miliar batang, turun 5,6 persen secara tahunan daripada semester I/2022 yang berada di angka 149,5 miliar batang.

Sementara itu, emiten rokok milik pengusaha Susilo Wonowidjojo GGRM membukukan lesatan laba bersih hingga 243,90 persen sepanjang semester I/2023. Kenaikan ini ditorehkan Gudang Garam meskipun penjualan mengalami penurunan.

Laba bersih GGRM bertengger di Rp3,28 triliun pada akhir semester I/2023, naik signifikan daripada semester I/2022 yang hanya sebesar Rp956,14 miliar.

Bottom line yang melambung dinikmati GGRM meski pendapatan bersih GGRM berjumlah Rp55,85 triliun pada periode Januari—Juni 2023. Capaian itu mencerminkan penurunan sebesar 9,43 persen YoY dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yang menyentuh Rp61,67 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper