Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Tertekan Sentimen China dan AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berisiko tertekan seiring dengan sentimen data ekonomi China dan Amerika Serikat.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berisiko tertekan seiring dengan sentimen data ekonomi China dan Amerika Serikat. JIBI/Bisnis.com
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berisiko tertekan seiring dengan sentimen data ekonomi China dan Amerika Serikat. JIBI/Bisnis.com
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah hari ini, Rabu (9/8/2023) terhadap dolar AS berisiko tertekan seiring dengan sentimen data ekonomi China dan Amerika Serikat.

Rupiah ditutup turun 0,21 persen atau 32,5 poin ke Rp15.217,5 per dolar AS pada Selasa (8/8/2023). Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS sebesar 0,32 persen ke 102,37.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menyampaikan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebagai dampak dari perilisan data ekspor dan impor China yang memburuk.

Sebelumnya, Biro Statistik China mengumumkan nilai ekspor yang anjlok lebih lanjut pada Juli 2023. Bulan lalu, nilai ekspor negeri tirai bambu itu terkontraksi sebesar 14 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Di saat bersamaan, ekspor China juga mengalami penurunan sebesar 12,4 persen secara yoy. 

Menurut Ariston, penurunan nilai ekspor-impor China juga akan menjadi sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah selama beberapa waktu ke depan mengingat posisi China yang menjadi salah satu partner dagang terbesar Indonesia. 

"Pelemahan rupiah juga dipengaruhi pasar yang masih berhati-hati dengan peluang kenaikan suku bunga acuan The Fed. Peluang tersebut muncul setelah AS merilis data tingkat pengangguran," jelasnya saat dihubungi, Selasa (8/8/2023)

Meski tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5 persen pada Juli 2023, Ariston menilai hal itu masih berpotensi menyumbangkan kenaikan tingkat inflasi di AS. 

Analis Samuel Sekuritas Lionel Priyadi menilai pelemahan rupiah terjadi karena perilisan data perdagangan China yang berada di bawah ekspektasi pasar. 

Menurutnya, hal ini membuat para investor yakin bahwa Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) akan kembali menurunkan suku bunga dalam waktu dekat untuk menstimulasikan pertumbuhan ekonomi. 

"Prospek penurunan suku bunga China tentu akan menyebabkan tekanan depresiasi terhadap yuan China (CNY) dan seluruh mata uang Asia, termasuk juga rupiah," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (8/8/2023). 

Sementara itu, bersamaan dengan pelemahan rupiah, mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah pada perdagangan Selasa (8/8/2023). 

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00, yen Jepang turun 0,44 persen, diikuti dolar Singapura yang turun 0,34 persen, won Korea Selatan turun 0,80 persen, kemudian ada peso Filipina yang melemah 0,41 persen, serta rupee India yang melemah 0,06 persen. 

Mata uang lain yang juga melemah adalah CNY yang turun 0,26 persen, ringgit Malaysia yang melemah 0,46 persen, serta baht Thailand yang melemah 0,42 persen.

15:05 WIB
Rupiah ditutup naik

Pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup naik 28 poin atau 0,18 persen menjadi Rp15.189,5 per dolar AS.

Indeks dolar AS terkoreksi 0,17 persen ke level 102,355.

09:06 WIB
Rupiah dibuka naik

Pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka naik 2,5 poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.215 per dolar AS.

Indeks dolar AS terkoreksi 0,04 persen ke level 102,488.


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper