Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Grup BUMN Masih Berdarah-darah, dari Garuda hingga Waskita

Sejumlah emiten BUMN masih mencatatkan kerugian pada semester I/2023, seperti WIKA, Waskita, Garuda Indonesia, hingga Indofarma.
Menteri BUMN Erick Thohir. Sejumlah emiten BUMN masih mencatatkan kerugian pada semester I/2023, seperti WIKA, Waskita, Garuda Indonesia, hingga Indofarma. /Bisnis-Rika A.
Menteri BUMN Erick Thohir. Sejumlah emiten BUMN masih mencatatkan kerugian pada semester I/2023, seperti WIKA, Waskita, Garuda Indonesia, hingga Indofarma. /Bisnis-Rika A.

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten BUMN masih mencatatkan kerugian pada semester I/2023 di tengah rencana Menteri BUMN Erick Thohir memacu kinerja.

Menteri BUMN Erick Thohir berkeinginan agar perusahaan pelat merah pada tahun buku 2023 mampu memberikan dividen melebihi realisasi setoran tahun buku 2022 senilai Rp80 triliun. Oleh karena itu, pembenahan dan perbaikan terhadap BUMN bermasalah akan dipacu.

Dia pun menyampaikan bahwa perusahaan pelat merah sejatinya telah memberikan kontribusi besar kepada negara, lewat setoran dividen tahun buku 2022 yang mencapai Rp80 triliun. Namun, dengan pembenahan yang dilakukan, dia berharap setoran itu dapat meningkat pada tahun buku 2023. 

“Saya tidak jemawa kita sudah cukup, sudah baik dengan dividen yang diberikan ke negara sepanjang sejarah Rp80,2 triliun dengan keuntungan Rp205 triliun. Cukup? Tidak, harus bagus lagi. Oknum-oknum kami proses,” pungkasnya. 

Sebagaimana diketahui, Erick menargetkan setoran dividen BUMN pada 2024 yang berasal dari kinerja tahun buku 2023 dari perusahaan go public sebesar Rp53,7 triliun, sedangkan perusahaan pelat merah berstatus privat Rp26,5 triliun. Dengan demikian total setoran dividen tahun depan mencapai Rp80,2 triliun.

Menurutnya, target ini memang terhitung berat mengingat untuk tahun ini, pihaknya menargetkan pendapatan dari perusahaan BUMN sebesar Rp3.000 triliun, EBITDA mencapai Rp600 triliun, dan laba bersih tembus Rp250 triliun.

Namun demikian, target kinerja BUMN masih menantang, karena ada sejumlah perusahaan yang menderita kerugian.

Daftar BUMN Rugi Semester I/2023

PT Indofarma Tbk. (INAF)

PT Indofarma Tbk. (INAF) mencatatkan kerugian yang lebih besar seiring dengan penurunan pendapatan pada semester I/2023.

INAF mencatatkan penjualan bersih Rp363,96 miliar pada semester I/2023, turun 36,59 persen dari Rp574,05 miliar pada semester I/2022. Penurunan penjualan terjadi di sejumlah segmen bisnis.

Di produk ethical atau obat resep, penjualan Indofarma turun menjadi Rp208,84 miliar per Juni 2023 dari sebelumnya Rp265,54 miliar. Penjualan alat kesehatan juga turun menjadi Rp16,94 miliar dari Rp149,79 miliar per Juni 2022.

Penjualan produk FMCG sebesar Rp84,76 miliar pada semester I/2023, turun dari Rp144,76 miliar per Juni 2022. Namun, penjualan vaksin naik menjadi Rp32,92 miliar dari sebelumnya Rp251,88 juta.

Sementara itu, beban pokok penjualan INAF tercatat Rp350,36 miliar per Juni 2023, turun dari sebelumnya Rp502,55 miliar. Laba bruto Indofarma pun anjlok menjadi Rp13,60 miliar dari Rp71,50 miliar per Juni 2022.

Dikurangi sejumlah beban, Indofarma membukukan rugi yang diatribusikan ke pemilik entitas induk Rp120,34 miliar pada semester I/2023. Rugi INAF membengkak dari sebelumnya Rp90,71 miliar.

Total aset INAF mencapai Rp1,55 triliun per Juni 2023, naik dari Rp1,53 trilin pada akhir 2022. Ekuitas minus Rp33,99 miliar, sedangkan liabilitas Rp1,59 triliun.

Grup BUMN Masih Berdarah-darah, dari Garuda hingga Waskita

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA)

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mencatatkan rugi bersih yang membengkak dari Rp13,32 miliar pada semester I/2022 menjadi Rp1,8 triliun pada semester I/2023. Padahal, pendapatan BUMN Karya ini masih tumbuh selama periode tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, membengkaknya rugi bersih WIKA disebabkan oleh meningkatnya beban yang dipikul perseroan. Semisal, beban dari pendanaan yang meningkat dari Rp550,22 miliar menjadi Rp1,23 triliun pada semester I/2023. 

Selain itu, terdapat pula kenaikan signifikan dari beban lain-lain yang tercatat Rp1,21 triliun atau meningkat 211,8 persen year-on-year (YoY) dari posisi sebelumnya Rp391,02 miliar. 

Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengatakan kenaikan beban lain-lain tersebut disebabkan oleh adanya pencadangan piutang yang dimiliki oleh perusahaan. 

“Hal ini mengacu pada regulasi aturan akuntansi, di mana WIKA melakukan pencadangan terhadap piutang usaha sesuai dengan aging yang telah ditentukan dan rekam jejak dari pemberi kerja,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/8/2023). 

Mahenda menambahkan ada pula piutang pekerjaan yang telah diproduksi dan dalam proses pengajuan. Hal tersebut, lanjutnya, telah mendapatkan putusan final dari Badan Arbitrase Nasional (BANI) ataupun pengadilan. 

“Di mana tidak bisa ditagihkan seluruhnya, sehingga dilakukan pembukuan atas biaya tersebut,” kata Mahendra. 

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA)

Emiten maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) masih membukukan rugi bersih US$76,5 juta atau sekitar Rp1,14 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS) pada semester I/2023. Meski demikian, pendapatan perseroan naik signifikan.

Berdasarkan laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), GIAA mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$76,5 juta, atau berbalik rugi dari periode sama 2022 yang mencetak laba US$3,76 miliar.

Meski demikian, rugi bersih GIAA berhasil terpangkas 30,54 persen secara quarter-on-quarter (QoQ) dibandingkan periode 31 Maret 2023 yang membukukan rugi US$110,13 juta.

Pendapatan Garuda terpantau naik 58,84 persen secara year-on-year (yoy) menjadi US$1,39 miliar atau sekitar Rp20,93 triliun, dibanding semester I/2022 yang sebesar US$878,69 juta.

Secara rinci berdasarkan segmen, pertumbuhan pendapatan perseroan ditopang oleh penerbangan berjadwal sebesar US$1,10 miliar, penerbangan tidak berjadwal sebesar US$142,45 juta, dan pendapatan lainnya sebesar US$151,37 juta.

Adapun, beban usaha GIAA terpantau naik tipis 4,06 persen yoy menjadi US$1,26 miliar, dibanding periode tahun sebelumnya sebesar US$1,21 miliar. Beban tersebut termasuk beban operasional penerbangan, beban pemeliharaan, beban bandara, dan lain-lain.

Alhasil, GIAA mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar US$109,56 juta dibanding semester I/2022 yang meraih laba US$4 miliar.

Namun perlu diingat bahwa pada semester I/2022 Garuda mendapatkan pendapatan dari restrukturisasi utang sebesar US$2,85 miliar, serta keuntungan dari restrukturisasi pembayaran sebesar US$1,33 miliar.

GIAA juga mencatatkan kerugian dari selisih kurs sebesar US$22,47 juta pada paruh pertama 2023, dibanding periode tahun sebelumnya yang laba US$79,97 juta.

Grup BUMN Masih Berdarah-darah, dari Garuda hingga Waskita

PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)

PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mencatat pendapatan usaha sebesar Rp642 miliar pada semester pertama 2023 ditopang oleh lini bisnis readymix.

WSBP mencatatkan pendapatan Rp641,67 miliar pada semester I/2023, turun 13,72 persen dari Rp743,78 miliar pada semester I/2022. Pendapatan usaha per Juni 2023 berasal dari produk readymix dan quarry Rp308,32 miliar, precast Rp195,95 miliar, dan jasa konstruksi Rp137,39 miliar.

Sementara itu, beban pokok pendapatan Rp545,04 miliar per Juni 2023, turun dari sebelumnya Rp639,30 miliar. Laba bruto pun turun menjadi Rp96,63 miliar dari Rp104,48 miliar per Juni 2022.

WSBP membukukan rugi bersih periode berjalan Rp263,76 miliar per Juni 2023. Padahal, pada semester I/2022, WSBP mencatatkan laba bersih periode berjalan Rp1,42 triliun, yang melampaui pendapatannya.

Salah satu penyebab penurunan laba ialah turunnya pos pendapatan lainnya bersih menjadi Rp326,43 miliar pada semester I/2023 dari Rp2,34 triliun pada semester I/2022.

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS)

Emiten BUMN baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) membukukan penurunan pendapatan pada semester I/2023. KRAS pun mencatatkan rugi bersih dari sebelumnya laba.

Krakatau Steel mencatatkan pendapatan U$984,63 juta per Juni 2023. Pendapatan bersih KRAS turun 25,48 persen year on year (yoy) dari US$1,33 miliar per semester I/2022.

Beban pokok pendapatan KRAS turun menjadi US$906,57 juta dari sebelumnya US$1,20 miliar. Namun, laba bruto KRAS tergerus menjadi US$78,05 juta pada semester I/2023 dibandingkan dengan sebelumnya US$131,21 juta.

Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menyampaikan pada semester I/2023 pendapatan KRAS US$984,63 juta setara dengan Rp14,77 triliun. EBITDA Krakatau Steel tercatat sebesar US$26,93 juta atau setara Rp403,98 miliar.

“Dari sisi posisi keuangan total aset KRAS adalah sebesar US$3,02 miliar atau setara Rp45,33 triliun. Krakatau Steel juga mencatatkan peningkatan ekuitas 9 persen menjadi sebesar USD601,25 juta atau setara dengan Rp9,02 triliun dibandingkan periode Desember 2022 sebesar USD552,59 juta atau setara dengan Rp8,62 triliun,” jelasnya dalam siaran pers, Selasa (1/8/2023). 

Krakatau Steel mencatatkan rugi bersih per semester I/2023 sebesar US$37,39 juta atau setara dengan Rp560,88 miliar. Selain pendapatan yang menurun, KRAS masih memiliki sejumlah beban.

"Hal ini [rugi bersih] terjadi karena perseroan masih memiliki beban keuangan yang cukup tinggi yaitu, sebesar US$59,33 juta atau setara dengan Rp889,89 miliar serta terdapat rugi atas selisih kurs sebesar US$17,77 juta atau setara dengan Rp266,52 miliar," kata Purwono Widodo.

Grup BUMN Masih Berdarah-darah, dari Garuda hingga Waskita

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT)

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) mencatatkan peningkatan rugi bersih sebesar 776 persen, atau dari posisi Rp236,51 miliar menjadi Rp2,07 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini. 

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,27 triliun pada semester I/2023. Jumlah tersebut menurun 13,43 persen year-on-year (YoY), atau dari posisi sebelumnya sebesar Rp6,09 triliun. 

Perinciannya, pendapatan dari segmen konstruksi melemah 19,25 persen secara tahunan menjadi Rp4,34 triliun, diikuti pendapatan dari bunga jasa konstruksi turun 25,5 persen YoY menjadi Rp23,85 miliar, pendapatan properti melemah 19,25 persen YoY ke Rp83,91 miliar, dan pendapatan infrastruktur ambles 33,82 persen YoY menjadi Rp28,75 miliar. 

Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan Waskita yang dibukukan perseroan tercatat sebesar Rp4,81 triliun, menurun 11,47 persen secara tahunan. Hal ini diakibatkan mayoritas beban pokok yang berasal dari jasa konstruksi mengalami penurunan. 

Semisal, beban pendapatan dari bahan baku turun 9,30 persen YoY menjadi Rp1,63 triliun, disusul beban subkontraktor yang mencapai Rp1,35 triliun atau terkoreksi 25,82 persen YoY, dan beban tidak langsung menurun 13,38 persen menjadi Rp924,83 miliar. 

Melalui perolehan pendapatan dan beban tersebut, Waskita mengakumulasikan laba kotor sepanjang paruh pertama 2023 sebesar Rp462,58 miliar atau terkoreksi 29,61 persen YoY. 

Namun, setelah dikurangi berbagai beban, perseroan tercatat membukukan rugi. Sampai dengan akhir Juni lalu, WSKT membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan mencapai Rp2,07 triliun, meningkat hingga 776,26 persen dibandingkan periode tahun lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper