Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah setelah Fitch Turunkan Peringkat Kredit AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (2/8/2023) ke Rp15.175, setelah laporan Fitch Ratings.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (2/8/2023) ke Rp15.175, setelah laporan Fitch Ratings. Bisnis/Himawan L Nugraha
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (2/8/2023) ke Rp15.175, setelah laporan Fitch Ratings. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (2/8/2023) ke Rp15.175 per dolar Amerika Serikat di tengah sentimen penurunan peringkat utang jangka panjang Amerika Serikat oleh Fitch Ratings.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,39 persen atau turun 59,5 poin sehingga parkir di Rp15.175 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar melemah 0,16 persen atau turun 0,16 poin ke 101,92 dibandingkan dengan posisi pembukaan 101,82.

Di kawasan Asia Pasifik, mayoritas mata uang bergerak di teritorial negatif dengan penurunan terdalam dialami won Korea Selatan yang melemah 1,12 persen. Peso Filipina juga melemah 0,73 persen dan ringgit Malaysia melemah 0,62 persen.

Yuan Jepang menjadi satu dari segelintir mata uang yang menguat terhadap greenback dengan kenaikan 0,56 persen. Sementara itu, baht Thailand naik tipis 0,01 persen.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi dalam riset hariannya memperkirakan bahwa rupiah hari ini terdepresiasi di rentang Rp15.100—Rp15.200 per dolar AS akibat menguatnya indeks dolar sebesar 0,4 persen semalam dan berlanjutnya depresiasi yen Jepang.

Dia mencatat pelemahan rupiah terjadi di tengah tekanan aksi jual pada pasar saham dan global pada Senin (1/8/2023) setelah Fitch Ratings menurunkan peringkat utang jangka panjang pemerintah Amerika Serikat.

Indeks-indeks saham di AS (kecuali Dow Jones) dan Eropa turun masing-masing sebesar 0,4 persen dan 1,3 persen. Indeks obligasi S&P untuk developed market dan EMBI untuk emerging market juga turun masing-masing sebesar 0,4 persen dan 0,5 persen.

“Kami memperkirakan buruknya sentimen di pasar global akan membuat pasar domestik makin tertekan,” tulis Lionel.

Selain itu, indeks IDMA yang mencerminkan sentimen pasar atas obligasi pemerintah turun sebesar 0,3 persen akibat lesunya tingkat permintaan pada lelang SBSN kemarin meskipun indeks ICBI naik 0,1 persen,

“Kami memperkirakan yield INDOGB 10Y akan naik ke rentang 6,25–6,35 persen,” tulisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper