Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Favorit Lo Kheng Hong ANJT Cetak Pendapatan Rp1,73 Triliun

Austindo Nusantara Jaya (ANJT) mengantongi pendapatan sebesar US$114,79 juta atau sekitar Rp1,73 triliun pada semester I/2023, turun 20,4 persen secara tahunan.
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT)/Istimewa.
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT)/Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sawit dalam portofolio investor kawakan Lo Kheng Hong PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mulai mencetak kenaikan pendapatan pada kuartal II/2023 meskipun pendapatan kumulatif semester pertama masih terkoreksi akibat harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang lebih rendah.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, ANJT mengantongi pendapatan sebesar US$114,79 juta atau sekitar Rp1,73 triliun (kurs rata-rata Rp15.071 per dolar AS). Capain itu turun 20,4 persen dibandingkan dengan semester I/2022 sebesar US$144,14 juta atau Rp2,08 triliun.

Meski demikian, pendapatan secara kuartalan naik 25,6 persen dari US$50,9 juta pada kuartal I/2023 menjadi US$63,9 juta. Peningkatan kinerja ini terutama disebabkan oleh volume penjualan CPO, palm kernel (PK) dan palm kernel oil (PKO )yang lebih tinggi di periode April—Juni 2023 dibandingkan dengan Januari—Maret 2023.

Berkat capaian tersebut, ANJT berhasil mengurangi rugi bersih secara signifikan, yaitu sebesar 72,4 persen secara kuartalan menjadi US$1,1 juta pada kuartal/II 2023 dibandingkan dengan US$3,9 juta pada kuartal sebelumnya.

Direktur Keuangan ANJT Nopri Pitoy mengungkapkan bahwa kinerja operasional dan keuangan perusahaan pada kuartal II/2023 telah membaik dengan terus terjadinya peningkatan produksi tandan buah segar (TBS).

“Kami memperkirakan bahwa tren positif produksi sejak awal tahun akan terus berlanjut dan meningkat pada paruh kedua tahun ini seraya kebun mencapai periode puncak produksi pada kuartal III/2023 dan area perkebunan yang memasuki usia matang makin meluas,” kata Nopri dalam siaran pers, Selasa (1/8/2023).

Peningkatan produksi ini sejalan dengan strategi keseimbangan usia tanaman melalui program penanaman kembali yang dijalankan dalam beberapa tahun terakhir. Program penanaman kembali di Sumatra Utara dan pulau Belitung serta pembangunan infrastruktur di Papua Barat Daya sejauh ini sejalan dengan target perusahaan.

Austindo Nusantara Jaya mencatat peningkatan produksi TBS sebesar 8,6 persen sampai dengan akhir Juni 2023 menjadi 414.919 ton dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 382.100 ton.

Peningkatan produksi TBS pada semester I/2023 didukung oleh kenaikan produksi dari beberapa area perkebunan yang baru memasuki periode menghasilkan (young mature) dengan produktivitas tinggi. Peningkatan produksi di perkebunan pulau Belitung, misalnya, mencapai 25,4 persen atau 113.949 ton pada semester I/2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ditopang oleh produktivitas tinggi pohon kelapa sawit hasil program penanaman kembali yang memasuki usia matang.

Selain itu, perkebunan young mature di Sumatra Selatan menyumbangkan produksi TBS sebesar 4.291 ton, meningkat sebesar 56,0 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 2.750 ton.

Sejalan dengan peningkatan volume produksi TBS, ANJ juga mencatat peningkatan produksi CPO sebesar 3,1 persen menjadi 134.749 ton dibandingkan dengan 130.722 ton pada akhir Juni 2022. Hal ini mendorong peningkatan volume penjualan CPO menjadi 135.147 ton hingga akhir Juni 2023, meningkat sebesar 16,1 persen dibandingkan 116.247 ton pada semester I/2022.

Namun, harga CPO mengalami penurunan pada kuartal I/2023 hingga menyentuh titik terendah sejak November 2020. Koreksi harga merupakan dampak dari jumlah produksi sawit yang lebih tinggi dan penurunan harga minyak nabati lain di tengah kekhawatiran kemungkinan resesi ekonomi global dan perkiraan peningkatan produksi minyak nabati lain, seperti minyak kedelai.

Akibatnya, Austindo mencatatkan rugi bersih sebesar US$5 juta selama semester I/2023.

“Kami berharap kinerja perusahaan pada sisa 2023 akan terus membaik, dengan perkiraan harga CPO di rentang US$700 hingga US$1.000 per ton. Faktor yang mendorong kenaikan harga ini adalah El Nino dan peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang berpotensi menekan pasokan minyak nabati di pasar global,” jelas Nopri.

Selain program penanaman kembali, ANJ juga menjalankan inovasi-inovasi dalam praktik agronomi seperti drip fertigation, composting dan assisted pollination yang dapat meningkatkan produktivitas sekaligus memitigasi dampak perubahan iklim. Proyek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim telah dijalankan ANJ sejak 2012 dengan mengintegrasikan inisiatif ESG dan strategi bisnis perusahaan untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2030.

Sebagai catatan, Lo Kheng Hong merupakan salah satu pemegang saham publik terbesar ANJT dengan porsi kepemilikan 0,15 persen dari seluruh saham yang beredar atau setara 5,11 juta saham per akhir 2022. Posisi Lo Kheng Hong berada di peringkat ketiga investor publik setelah PT Prudential Life Assurance sebesar 2,45 persen dan Budi Yasa 0,73 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper