Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Unilever (UNVR) Raup Laba Rp2,75 Triliun Semester I/2023, Turun 19,6 Persen

Unilever Indonesia (UNVR) mengantongi laba bersih sebesar Rp2,75 triliun triliun sepanjang semester I/2023.
Logo Unilever Indonesia dalam kampanye Indonesia World Farmer Scene/Unilever.co.id
Logo Unilever Indonesia dalam kampanye Indonesia World Farmer Scene/Unilever.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) melaporkan penurunan laba dan penjualan sepanjang semester I/2023. Penurunan kinerja juga terlihat secara kuartalan meskipun kuartal II/2023 bertepatan dengan momentum Ramadan dan Idulfitri.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023 yang belum diaudit, Unilever mengantongi laba sebesar Rp2,75 triliun triliun. Capaian tersebut turun 19,6 persen dibandingkan dengan Januari—Juni 2022 yang kala itu mencapai Rp3,43 triliun.

Penurunan laba ini turut dipicu oleh penurunan pada penjualan bersih sepanjang Januari—Juni 2023. Selama periode ini, UNVR mengakumulasi pendapatan bersih sebesar Rp20,29 triliun atau 5,5 persen lebih rendah daripada kurun yang sama pada 2022 sebesar Rp21,46 triliun.

Tren penurunan sepanjang semester I/2023 juga terlihat secara kuartalan. Pada kuartal II/2023, penjualan bersih UNVR bertengger di Rp9,68 triliun atau turun 8,6 persen dibandingkan dengan kuartal I/2023 sebesar Rp10,60 triliun. Capaian pada kuartal II/2023 juga lebih rendah 8,8 persen daripada kuartal II/2022 sebesar Ro10,62 triliun.

Kinerja kuartal kedua yang melemah daripada kuartal sebelumnya disebabkan oleh penjualan segmen home and personal care (HPC) yang turun 5,8 persen quarter-on-quarter (QoQ). Segmen food and refreshment (FnR) juga tercatat turun 13,8 persen QoQ.

Dari sisi bottom line, periode April—Juni 2023 menyumbang laba bersih sebesar Rp1,35 triliun atau turun 3,6 persen daripada kuartal I/2023 sebesar Rp1,40 triliun.

Menanggapi kinerja ini, Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengatakan perusahaan tetap optimistis menghadapi pasar ke depan, tetapi dengan sejumlah catatan.

“Kami memahami bahwa inflasi dan biaya hidup berdampak signifikan terhadap kebiasaan belanja konsumen, hal ini diperkirakan akan bertahan selama beberapa kuartal ke depan. Terlepas dari perlambatan konsumsi rumah tangga saat ini, kami memiliki optimisme terhadap pasar FMCG Indonesia secara jangka panjang. Oleh karena itu, kami akan terus beradaptasi untuk memastikan bahwa bisnis kami selalu kompetitif,” kata Ira dalam konferensi pers kinerja kuartal II/2023 secara daring, Senin (24/7/2023).

Ira mengemukakan Unilever tetap bisa mempertahankan pangsa pasar secara volume sebesar 31,3 persen pada semester I/2023, meskipun penjualan mengalami penurunan. Torehan kinerja pada paruh pertama 2023 yang terkoreksi dia sebut merupakan efek dari tutupnya beberapa pemain B2B dan B2C e-commerce pada akhir tahun lalu. 

“Sejak September 2022 pertumbuhan kanal daring melambat karena penutupan layanan sejumlah pemain. Untuk segmen B2C juga cenderung merevisi target pertumbuhannya. Padahal kontribusi bisnis ini terhadap penjualan daring kami hampir sepertiganya,” kata Ira.

Faktor lain yang memicu penurunan penjualan pada kuartal II/2023 maupun sepanjang semester I/2023 adalah basis harga jual yang cenderung lebih tinggi pada 2022. Sebagaimana diketahui, Unilever menerapkan sejumlah penyesuaian harga sebagai respons atas tingginya inflasi dan kenaikan harga komoditas bahan baku imbas dari memanasnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

Kenaikan harga jual yang diterapkan UNVR saat itu berkisar di 14—15 persen dan ditempuh untuk meminimalisir tekanan pada laba. Namun, Ira mengatakan langkah tersebut tidak diikuti oleh pesaing pada segmen produk yang sama.

“Akibatnya, kami kembali menurunkan harga jual. Kalau produk kami jauh lebih mahal daripada kompetitor, kami akan kehilangan pangsa pasar,” katanya.

Terlepas dari kinerja ini, Ira mengemukakan bahwa margin kotor UNVR mencetak rekor tertinggi dalam delapan kuartal terakhir pada kuartal II/2023 di angka 50,5 persen. Pencapaian ini dia sebut merupakan hasil dari serangkaian program optimalisasi di pabrik, distribusi, logistik dan promosi, serta didukung oleh harga komoditas yang lebih baik.

“Kami siap dengan strategi yang terarah untuk membangun bisnis yang lebih sehat ke depan. Kami percaya bahwa pendekatan ini akan memperkuat fundamental bisnis kami, meningkatkan daya saing, dan menghasilkan pertumbuhan jangka panjang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper