Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Favorit Lo Kheng Hong ANJT Ramal Harga CPO 2023 Bullish

Emiten perkebunan favorit Lo Kheng Hong, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mengestimasi harga CPO pada sisa 2023 masih berpotensi naik.
Emiten perkebunan favorit Lo Kheng Hong, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mengestimasi harga CPO pada sisa 2023 masih berpotensi naik.
Emiten perkebunan favorit Lo Kheng Hong, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mengestimasi harga CPO pada sisa 2023 masih berpotensi naik.

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perkebunan favorit Lo Kheng Hong, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mengestimasi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada sisa 2023 masih berpotensi berada di kisaran US$700 hingga US$1.000 per ton.

Berdasarkan data Bursa Malaysia, pada perdagangan Jumat (21/7/2023) harga CPO kontrak teraktif Oktober 2023 berada di level 4.018 ringgit per ton atau setara US$880,95 per ton.

Direktur Keuangan Austindo Nusantara Jaya Nopri Pitoy mengemukakan harga CPO telah naik sejak akhir Mei 2023, didukung oleh kenaikan harga minyak nabati lain seperti minyak kedelai. Di sisi lain, naiknya permintaan untuk CPO Malaysia dan risiko berkurangnya pasokan akibat El Nino turut mempengaruhi kenaikan harga.

“Kami masih melihat harga CPO akan berada di rentang US$700 hingga US$1.000 per ton. Faktor yang menjadi katalis positif kenaikan harga ini adalah El Nino dan peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang berpotensi menekan pasokan minyak nabati di pasar global,” kata Nopri dalam jawaban tertulis kepada Bisnis, dikutip Minggu (23/7/2023).

Seiring dengan tren kenaikan harga yang berlanjut, Nopri juga mengemukakan bahwa produksi ANJT menunjukkan performa positif hingga Mei 2023. Kenaikan produksi CPO hingga pengujung Mei 2023 mencapai 7,2 persen sehingga menjadi 108.226 ton dibandingkan dengan Januari—Mei 2022 sebesar 106.574 ton.

Nopri mengatakan produksi ini akan meningkat, mengingat musim panen puncak akan terjadi di kuartal kedua dan ketiga tahun ini.

“Dengan perhitungkan produksi aktual hingga Mei 2023, kami memproyeksikan pertumbuhan produksi tandan buah segar pada 2023 sebesar 7–8 persen dibandingkan dengan dengan aktual produksi tahun lalu,” katanya.

ANJT tercatat membukukan rugi bersih sepanjang kuartal I/2023. Kinerja bottom line ini sejalan dengan pendapatan yang mengalami koreksi dibandingkan dengan periode yang pada tahun sebelumnya.

Dalam buletin investor kuartal I/2023 yang dipublikasi manajemen, ANJT mencatatkan rugi periode berjalan sebesar US$3,91 juta atau setara Rp59,65 miliar. Torehan ini kontras dibandingkan dengan kinerja tiga bulan pertama 2022 yang positif US$11,16 juta atau sekitar Rp160,10 miliar.

“Rugi bersih sejalan dengan pendapatan yang lebih rendah dibandingkan kuartal I/2022 dan tambahan pengakuan beban bunga dari perkebunan Papua Barat Daya,” tulis manajemen Austindo.

Pendapatan Austindo selama kurun Januari—Maret 2023 memang lebih rendah daripada tahun lalu. Perseroan hanya mengakumulasi pemasukan sebesar US$50,9 juta atau sekitar Rp775,46 miliar. Capaian itu turun 32,7 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 yang menembus US$75,54 juta yang setara dengan Rp1,08 triliun.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh harga jual rata-rata CPO dan kernel sawit (PK) yang lebih rendah. Volume penjualan ANJT selama kuartal I/2023 juga menurun daripada kuartal I/2022.

Harga jual rata-rata CPO Austindo pada kuartal I/2023 tercatat bertengger di US$776 per ton, turun 27,5 persen daripada posisi kuartal I/2022 yang mencapai US$1.069 per ton. Sementara itu, volume penjualan CPO selama tiga bulan pertama 2023 hanya sebesar 58.103 ton atau turun 3,3 persen dibandingkan dengan 60.433 ton di kuartal I/2022.

“Penurunan penjualan merupakan dampak dari produksi CPO dan PK yang lebih rendah,” papar manajemen.

Sepanjang kuartal I/2023, produksi CPO dan PK mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,6 persen dan 2,5 persen menjadi 60.051 ton dan 11.517 ton. Penurunan dipicu oleh pembelian tandan buah segar (TBS) eksternal yang jauh lebih rendah di perkebunan Sumatra Utara I. Hal ini disebabkan oleh pembatasan akses jalan pada ukuran truk pengantar TBS yang diterapkan oleh pemerintah daerah.

ANJT merupakan salah satu portofolio saham Lo Kheng Hong. Manajemen Austindo Nusantara Jaya menyebutkan Lo Kheng Hong masuk dalam jajaran pemegang saham ANJT dengan kepemilikan mencapai 5,11 juta saham pada 2022. Lo Kheng Hong pun menjadi pemegang saham publik ketiga terbesar ANJT. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper