Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Astra Agro (AALI) Proyeksi Harga CPO Rendah di Paruh Kedua

Astra Agro Lestari (AALI) melihat harga CPO akan mendapatkan tantangan dari harga soya yang juga turun.
Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Santosa. /Istimewa
Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Santosa. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten sawit Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) melihat belum terdapat katalis yang dapat mengangkat harga crude palm oil (CPO) di semester II/2023 ini. AALI juga melihat harga CPO mendapatkan tantangan dari harga soybean yang ikut turun.

Direktur Astra Agro Lestari Mario Casimirus Surung Gultom menuturkan sampai saat ini belum terdapat indikasi bagi harga CPO untuk mengalami kenaikan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh harga komoditas lainnya, yakni soya yang juga turun.

"Saat ini produksi soya cukup bagus dan stok di India dan China bagus. Terakhir-terakhir ini, harga soya cukup mendekati CPO sehingga orang berpikir lebih baik membeli soya daripada CPO," kata Mario di Menara Astra, Jakarta, Rabu (5/7/2023). 

Dengan katalis ini, Mario berharap harga CPO ke depannya bisa lebih baik. 

Dia melanjutkan, dengan harga CPO yang terus mengalami penurunan sejak tahun lalu, performa perusahaan-perusahaan di industri ini juga ikut turun, termasuk kinerja AALI.

Mario membandingkan, pada kuartal I/2022 harga rata-rata CPO per kilogram adalah Rp15.000, sementara pada kuartal I/2023 harga CPO turun menjadi Rp12.000 per kg.

"Kinerja di kuartal I/2023, industri ini suffer di tahun ini karena harganya ketinggian di tahun lalu karena ini pendatan kami turun," uajr Mario. 

Adapun pada semester II/2023 ini, AALI memperkirakan produksi bakal tumbuh 12 hingga 15 persen dibandingkan tahun lalu.

Sebagai informasi, sepanjang 2022, produksi minyak sawit mentah AALI mencapai 1,30 juta ton atau turun 11,5 persen dibandingkan dengan 1,47 juta ton pada 2021. 

Penurunan ini tidak lepas dari berkurangnya pembelian tandan buah segar (TBS) eksternal sebesar 20,8 persen menjadi 2,59 juta ton. Begitu pula produksi TBS kebun inti dan kebun plasma sebesar 1,2 persen menjadi 4,27 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper