Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Tergelincir Akibat Pelemahan Data Ekonomi China

Harga minyak turun pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB, karena pengetatan ekonomi China melebihi pengurangan produksi OPEC+.
Minyak hasil penambangan tradisional, di Desa Wonocolo, Bojonegoro, Jatim./Bloomberg-Dimas Ardian
Minyak hasil penambangan tradisional, di Desa Wonocolo, Bojonegoro, Jatim./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB, karena pengetatan ekonomi China melebihi pengurangan produksi OPEC+.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus tergelincir 0,6 persen, menjadi ditutup di US$76,13 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,7 persen menjadi US$71,29 per barel pada pukul 19.35 GMT.

Sejumlah bank besar telah memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan produk domestik bruto China 2023 setelah data Mei pekan lalu menunjukkan pemulihan pasca-COVID di ekonomi terbesar kedua dunia itu goyah.

China secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga pinjaman pada Selasa setelah pengurangan yang sama dalam kebijakan pinjaman jangka menengah minggu lalu untuk menopang pemulihan ekonomi yang goyah.

Pasar minyak sedang mengamati tanda-tanda lebih lanjut apakah ekonomi global akan meningkat, kata Jorge Leon, wakil presiden senior Rystad Energy.

"Banyak yang akan bergantung pada kinerja ekonomi China pada paruh kedua tahun ini dan keefektifan langkah-langkah stimulus negara yang baru-baru ini diumumkan, dan pada kemampuan AS dan Eropa untuk menghindari perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga," tulis Leon dalam sebuah catatan penelitian, dikutip dari Reuters.

Namun, tingkat pengolahan kilang China naik pada Mei ke rekor tertinggi kedua, membantu meningkatkan keuntungan minggu lalu, dan perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang berfungsi selama tujuh minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020.

Meningkatnya ekspor minyak Iran juga membebani harga. Ekspor minyak mentah dan produksi minyak Iran telah mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023 meskipun ada sanksi AS, menurut konsultan, data pengiriman dan sumber yang dekat dengan masalah tersebut, menambah pasokan global ketika produsen lain membatasi produksi.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia bulan ini menyepakati kesepakatan produksi minyak baru dan produsen terbesar kelompok itu, Arab Saudi, juga berjanji untuk memangkas produksinya pada Juli.

"Sentimen di pasar minyak mentah, pedagang cukup bearish," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Bank. "Tapi dari perspektif yang lebih luas, komunitas analis masih mencari defisit yang cukup signifikan dalam beberapa bulan mendatang."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper