Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mulai Rebound, NAB Reksa Dana Naik 1,54 Persen Jadi Rp508,1 Triliun per Mei 2023

Dana kelolaan atau NAB reksa dana secara kumulatif naik 1,54 persen menjadi Rp508,1 triliun secara MoM. Prospek Reksa dana Obligasi dinilai lebih akan cerah.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana secara kumulatif mengalami peningkatan 1,54 persen menjadi Rp508,1 triliun pada Mei 2023 atau naik sekitar Rp8,1 triliun dibandingkan NAB April 2023 yang sebesar Rp500,38 triliun.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penyertaan unit reksa dana pada Mei 2023 juga meningkat menjadi 377,5 miliar unit, dibanding bulan sebelumnya 373,1 miliar unit.

Capaian NAB reksa dana pada Mei 2023 menunjukkan sinyal positif setelah terus mengalami penurunan sepanjang kuartal I/2023. Sebagai informasi, total NAB reksa dana pada Januari 2023 sebesar Rp512,7 triliun, angka itu terus anjlok hingga mencapai Rp504,17 pada Maret 2023.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan reksa dana pada berbagai instrumen memiliki kinerja yang beragam. Berbagai sentimen global seperti ketidakpastian terkait inflasi Amerika Serikat (AS) dan suku bunga The Fed, serta tensi geopolitik yang berlanjut hingga kemungkinan resesi akan berpengaruh terhadap kinerja reksa dana hingga akhir semester I/2023.

Sebagai informasi, kinerja reksa dana saham yang diwakili oleh Infovesta Equity Fund Index mendapat kinerja yang paling rendah sebesar -0,479 persen secara year-to-date (YTD).

Sementara itu, reksa dana SBN atau obligasi pemerintah mencatatkan kinerja tertinggi dibandingkan produk yang lain, hal ini tercermin dari Infovesta Govt Bond Index yang tercatat return paling tinggi dibandingkan produk yang lain secara YTD berdasarkan sentimen yang berlaku tahun ini.

"Menurut saya reksa dana obligasi akan tetap lebih unggul dibandingkan saham dan produk yang lain karena ditengah ketidakpastian ini investor lebih memilih investasi kepada safe haven assets seperti obligasi," kata Arjun kepada Bisnis dikutip Sabtu, (10/6/2023).

Menurutnya, real yield obligasi pemerintah Indonesia masih sangat menarik terutama dibandingkan negara peer group di kawasan ASEAN. Aliran dana asing yang terus masuk ke SBN juga mengindikasi minat investor untuk investasi ke obligasi Indonesia karena fundamental Indonesia yang kuat dan menjanjikan serta yield yang menarik.

Tak hanya itu, faktor domestik seperti inflasi yang terus melandai dan nilai tukar rupiah yang relatif lebih kuat tahun ini dibandingkan kuartal I/2023 dan akhir tahun lalu juga akan pengaruh sentimen terkait reksa dana pendapatan tetap dan akan terus memberi dampak yang positif hingga paruh pertama tahun ini.

"Reksa dana saham akan masih tertekan oleh sentimen negatif dari sisi global dan akan tertinggal dari reksa dana pendapatan tetap berdasarkan return menurut saya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper