Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda Sikap CPIN dan JPFA soal Dividen saat Kinerja Melorot

Charoen Pokphand (CPIN) memutuskan tidak membagikan dividen, sedangkan Japfa Comfeed masih menyisihkan dividen di tengah penurunan kinerja.
Charoen Pokphand (CPIN) memutuskan tidak membagikan dividen, sedangkan Japfa Comfeed masih menyisihkan dividen di tengah penurunan kinerja.
Charoen Pokphand (CPIN) memutuskan tidak membagikan dividen, sedangkan Japfa Comfeed masih menyisihkan dividen di tengah penurunan kinerja.

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perunggasan, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2022. Langkah berbeda diambil PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) yang membagikan dividen sebesar Rp50 per saham atau total Rp581 miliar dari laba tahun buku 2022.

Adapun, CPIN dan JPFA sama-sama mencatatkan penurunan kinerja pada 2022. Hal itu pun belanjut pada awal 2023, tepatnya periode kuartal I (Januari-Maret) tahun ini.

Presiden Direktur Charoen Pokphand Indonesia Tjiu thomas Effendy menjelaskan seluruh laba bersih CPIN pada 2022 yang menembus Rp2,94 triliun ditetapkan sebagai cadangan. Capaian laba 2022 sendiri turun 19,03 persen dibandingkan dengan 2021 yang menembus Rp3,63 triliun.

“Charoen Pokphand untuk tahun ini memutuskan untuk tidak membagikan dividen. Seluruh keuntungan yang diperoleh akan menjadi cadangan,” kata Thomas dalam paparan publik, Senin (22/5/2023).

Thomas mengatakan keputusan ini melibatkan diskusi panjang dalam RUPS tahunan perusahaan yang digelar Senin, 22 Mei 2023. Namun dengan mempertimbangkan kondisi pada awal 2023 yang kurang mendukung industri perunggasan, manajemen CPIN memutuskan untuk memperkuat kondisi finansial.

“Ini suatu keputusan yang cukup lama kami diskusikan. Kami melihat kinerja pada awal 2023 kurang favorable terhadap industri unggas. Tentu kami melihat ke depan kami memerlukan kondisi keuangan yang lebih kuat untuk memberi manfaat yang lebih kuat kepada para pemegang saham sehingga kami tidak membagikannya tahun ini,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, CPIN hanya mengantongi laba sebesar Rp240,99 miliar hingga pengujung Maret 2023. Realisasi ini mencerminkan penurunan sebesar 79,76 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 yang menembus Rp1,19 triliun.

Dari sisi top line, penjualan bersih yang diakumulasi Charoen Pokphand pada kuartal I/2023 bertengger di Rp14,56 triliun atau hanya naik 1,87 persen year on year (YoY) daripada kuartal I/2022 sebesar Rp14,29 triliun.

Kenaikan penjualan yang terbatas turut dipicu oleh koreksi pada segmen ayam pedaging yang merupakan kontributor terbesar pemasukan CPIN. Segmen ini hanya menyumbang Rp7,61 triliun atau turun 4,83 persen YoY dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp7,99 triliun.

Beban pokok penjualan CPIN selama Januari—Maret 2023 menembus Rp13,09 triliun atau naik 9,95 persen daripada Rp11,90 triliun pada periode yang sama pada 2022. Kenaikan terlihat pada beban bahan baku yang naik 3,53 persen YoY menjadi Rp10,75 triliun dan beban pabrikasi meningkat 8,07 persen YoY menjadi Rp1,72 triliun.

Sementara itu, Japfa Comfeed Indonesia membagikan dividen sebesar Rp50 per saham atau total Rp581 miliar dari laba tahun buku 2022. Hal itu sesuai putusan Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) JPFA yang digelar pada Rabu (5/4/2023). Tanggal pembayaran dividen pada 3 Mei 2023

Total dividen JPFA sendiri merefleksikan rasio pembayaran (dividen payout ratio/DPR) sebesar 40,9 persen.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, penjualan Japfa mencapai Rp48,97 triliun, tumbuh 9,12 persen secara year on year (YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp44,87 triliun.

Penjualan JPFA terutama ditopang oleh segmen peternakan komersial yang menyumbang Rp18,96 triliun, meningkat 7,72 persen YoY dari Rp17,60 triliun pada tahun sebelumnya. Segmen pakan ternak menjadi penyumbang terbesar kedua dengan nilai penjualan sebesar Rp13,97 triliun, naik 5,96 persen YoY dari realisasi tahun sebelumnya Rp13,19 triliun.

Pada saat yang sama, beban pokok penjualan Japfa tercatat naik 12,02 persen menjadi Rp41,28 triliun, dibandingkan dengan Rp36,85 triliun pada akhir 2021.

Kenaikan beban pokok penjualan terutama disumbang dari pos bahan baku dan kemasan yang mencatatkan pembengkakan sebesar 14,26 persen YoY menjadi Rp36,67 triliun. Pada Januari—Desember 2021, beban bahan baku berada di angka Rp32,09 triliun.

Kenaikan beban pokok penjualan yang lebih tinggi dari kenaikan penjualan membuat laba bersih JPFA tergerus 29,80 persen secara tahunan menjadi Rp1,42 triliun, dari sebelumnya Rp2,02 triliun. Adapun laba per saham adalah Rp122, turun daripada 2021 sebesar Rp174 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper