Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Reli Tersengat Lonjakan Laba Emiten

S&P 500 bertahan di zona hijau setelah laba yang melampaui perkiraan dari Exxon Mobil Corp. dan Intel Corp.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York memperpanjang reli pada akhir perdagangan Jumat (28/4/2023) waktu setempat karena investor merespons laporan kinerja emiten yang kuat.

Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (29/4/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,80 persen atau 272 poin ke 34.098,15, S&P 500 menanjak 0,83 persen atau 34,14 poin ke 4.169,48, dan Nasdaq melejit 0,69 persen atau 84,35 poin ke 12.226,68.

S&P 500 bertahan di zona hijau setelah laba yang melampaui perkiraan dari Exxon Mobil Corp. dan Intel Corp., sehingga masing-masing saham naik 1,3 persen dan 4 persen. Namun, sentimen laba emiten juga mengimbangi langkah pejabat Federal Reserve yang menyerukan perubahan besar pada peraturan bank usai keruntuhan Silicon Valley Bank.

Saham First Republic Bank turun 43 persen setelah melaporkan kurator FDIC adalah skenario yang paling mungkin bagi bank setelah kehabisan simpanan.

“Penghasilan perusahaan yang relatif sesuai ekspektasi tampak tangguh dengan lebih dari setengah penghuni S&P 500 yang dilaporkan,” tulis Scott Chronert, direktur pelaksana di Citi Research.

Di sisi lain, pasar gelisah atas ketidakpastian kenaikan suku bunga Federal Reserve, setelah data inflasi baru Jumat meningkatkan kemungkinan kenaikan minggu depan dan peluang kenaikan lagi pada Juni 2023. Investor telah mengantisipasi akhir kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, dengan pemotongan sebelum akhir tahun.

Data Departemen Perdagangan AS menujukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang tidak termasuk makanan dan energi, salah satu pengukur inflasi pilihan Fed, naik 0,3 persen pada Maret 2023 untuk bulan kedua. Dibandingkan dengan tahun lalu, ukuran itu naik 4,6 persen.

Kepala strategi utang dan suku bunga global ING Financial Markets Padhraic Garvey menilai inflasi yang tinggi tetap menjadi masalah, sehingga mencegah pasar terlalu terbawa pada ekspektasi penurunan suku bunga yang akan datang pada kuartal berikutnya.

Adapun imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun sembilan basis poin menjadi 3,44 persen pada akhir perdagangan Jumat.

Sementara itu, pasar saham AS menguat 1,5 persen selama April 2023, karena kinerja perusahaan telah mengangkat sentimen investor dalam menghadapi ketidakpastian kenaikan suku bunga dan kemungkinan resesi. Dalam gelombang pendapatan terbaru, saham Charter Communications Inc. naik 7,6 persen setelah melaporkan kinerja, sementara Snap Inc. anjlok 17 persen setelah pendapatannya meleset dari perkiraan.

“April sebagian besar adalah bulan yang baik. Sekali lagi, ini mungkin didorong oleh musim pendapatan, tetapi kami telah mendapatkan beberapa laporan ekonomi yang juga mengatakan bahwa ekonomi, dan terutama inflasi, kemungkinan besar menuju ke arah yang benar, kemungkinan tidak cukup cepat," kata Kim Forrest, kepala pejabat investasi di Bokeh Capital Partners.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper