Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap-siap Harga Minyak Tembus US$100 per Barel, Ini Penyebabnya

Harga minyak mentah global berpotensi menanjak hingga US$100 per barel lantaran pemangkasan produksi oleh OPEC+ dan Rusia. 
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah global berpotensi menanjak bahkan hingga di atas US$100 per barel menyusul keputusan OPEC+ dan Rusia untuk memangkas produksi.  

Mengutip data Bloomberg, Sabtu (8/4/2023), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terpantau naik 0,09 poin atau 0,11 persen ke US$80,70 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent naik 0,13 poin atau 0,15 persen ke US$85,12 per barel. 

Harga minyak naik tiga pekan terakhir setelah keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi dan cadangan minyak AS dan mengetatkan outlook harga minyak. 
 
Harga rally terbesar tahun ini pada Senin lalu, melonjak 6,3 persen, menyusul keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk memangkas lebih dari 1 juta barel produksi harian mulai Mei. Arab Saudi sejak itu menaikkan harga semua penjualan minyaknya ke pelanggan di Asia.

Harga minyak mentah telah naik lebih dari 26 persen dari level terendah yang dicapai pertengahan Maret, ketika gejolak perbankan mendorong investor menjauh dari aset berisiko. Harga minyak pulih di tengah meningkatnya permintaan bahan bakar China dan melemahnya dolar AS ketika OPEC+ melakukan intervensi. 

Sementara itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mereda setelah Arab Saudi dan Iran bertemu untuk melanjutkan perbaikan hubungan, mengurangi persaingan selama puluhan tahun yang memicu perang proksi dan mengguncang pasar minyak.

Selain pengetatan pasokan, stok minyak mentah AS merosot 3,7 juta barel pekan lalu, dengan persediaan bensin dan minyak sulingan juga turun. Terlepas dari gambaran fundamental, trader akan terus melihat data ekonomi AS untuk petunjuk lebih lanjut tentang risiko resesi dan kenaikan suku bunga Federal Reserve.

"Pemangkasan pasokan minyak mentah OPEC+ akan berbenturan dengan kenaikan moneter bank sentral yang dirancang untuk mengendalikan permintaan, menimbulkan risiko makro," kata Francisco Blanch, Analis Bank of America Corp., dilansir Bloomberg, Sabtu (8/4/2023).

Kemudian, Menteri Energi Rusia juga menyebutkan Rusia akan memangkas produksinya hingga 700.000 barel per hari mulai Maret 2023. Namun, angka tersebut belum sejalan dengan data ekspor dan cadangan Rusia pada Maret, menambah ketidakpastian seberapa besar Rusia akan memproduksi. 

Rusia berjanji akan membatasi produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari antara Maret dan Desember sebagai pembalasan atas pembatasan untuk perdagangan Barat dan batasan harga yang diberlakukan oleh kleompok tuhjuh negara industri. 

Delapan anggota OPEC termasuk pemimpin de facto Arab Saudi, setuju untuk bergabung dengan pemotongan sukarela mulai Mei, sehingga total pengurangan menjadi lebih dari 1,6 juta barel per hari dalam upaya menstabilkan pasar global. Keputusan mengejutkan itu mendorong reli minyak dan bersiap untuk kembali ke US$100 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper