Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Berbalik Arah setelah Sentuh Level Terendah dalam 15 Bulan

Harga kontrak berjangka minyak jenis West Texas Intermediate mendekati US$68 per barel setelah sebelumnya turun sekitar 12 persen dalam 3 sesi perdagangan.
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak rebound setelah kemarin ditutup di level terendah dalam 15 bulan terakhir. Longsornya harga minyak tiga hari terakhir terjadi seiring dengan krisis perbankan AS dan dipercepat oleh langkah perusahaan menghidari pasar opsi.

Harga kontrak berjangka minyak jenis West Texas Intermediate diperdagangkan mendekati US$68 per barel setelah sebelumnya tersungkur sekitar 12 persen dalam 3 sesi perdagangan.

Gejolak di pasar minyak ini merupakan rentetan dari bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan pergolakan baru di Credit Suisse Group AG yang mempengaruhi pasar global. Sejumlah perusahaan juga berusaha untuk membatasi eksposur mereka di pasar opsi.

“Harga cenderung tetap fluktuatif mengingat dimensi ketidakpastian atas tindakan Fed, gejolak perbankan AS, dan pemulihan China,” ujar  analis Citigroup Inc. Francesco Martoccia dan Ed Morse mengatakan dalam keterangan tertulis, dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/3/2023).

Sebelumnya, pada 7 Maret, pejabat tinggi OPEC sudah mewanti-wanti bahwa awal bulan ini menandai kekhawatiran tentang melambatnya permintaan di Eropa dan AS. Namun, para trader mengabaikan taruhan bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga di tengah gejolak perbankan.

Kenaikan harga minyak lebih lanjut diproyeksi terbatas dalam waktu dekat, seiring dengan OPEC yang minggu ini memperkirakan terjadi surplus moderat pada kuartal II-2023 yang merupakan periode khas permintaan lemah sebelum musim panas.

Badan Energi Internasional pada hari Rabu mengatakan bahwa pasar sudah surplus karena produksi Rusia.

Di sisi lain, menurut data Energy Information Administration, persediaan minyak mentah AS bertambah 1,55 juta barel pekan lalu. Total ekspor minyak bersih, termasuk produk mentah dan olahan, melonjak menjadi 3,5 juta barel per hari. Angka itu hanya sekali terlampaui sejak tahun 1990.

“Sepertinya kita ‘berjalan di atas es tipis’ sekarang, dengan situasi risiko yang rapuh masih berusaha untuk stabil dari kejatuhan SVB,” kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar untuk IG Asia Pte di Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper