Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Lesu, Terhantam Sentimen Beban Utang Indonesia

Selain rupiah yang berakhir lesu, mata uang Asia lain seperti yen Jepang juga melemah 0,10 persen, dan Peso Philipina melemah 1,17 persen.
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah di hadapan dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (27/12/2022) di tengah sentimen pelonggaran kebijakan Covid-19 China dan bayang-bayang beban utang Indonesia.

Berdasarkan data Bloomberg pada penutupan perdagangan Selasa (27/12/2022), rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.662 sedangkan indeks dolar AS terpantau melemah 0,26 persen ke posisi 103.740.

Sejumlah mata uang asing Asia juga ikut melemah bersama rupiah, di antaranya Yen Jepang melemah 0,10 persen, Peso Philipina melemah 1,17 persen, Rupee India melemah 0,18 persen dan Yuan China melemah 0,04 persen.

Sedangkan untuk mata uang yang menguat yaitu Dolar Hong Kong sebesar 0,06 persen, Dolar Singapura sebesar 0,16 persen, Won Korea sebesar 0,30 persen, Ringgit Malaysia 0,06 persen dan Bath Thailand 0,19 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah terjadi di tengah kebijakan Covid-19 China yang semakin longgar terutama aturan karantina bagi para pendatang.

Selain itu, Ibrahim menyebutkan mata uang rupiah ikut tertekan oleh beban utang negara yang kian menggunung.

"Oleh karena itu, pemerintah perlu mewaspadai apabila laju kenaikan utang melebihi pertumbuhan ekonomi. Terlebih, terdapat prospek perlambatan ekonomi pada tahun depan, baik secara global maupun di dalam negeri. Sehingga pemerintah harus berhati-hati jangan sampai penambahan utang kian ngebut walaupun dengan alasan pembangunan infrastruktur," katanya dalam rilis harian, Selasa (27/12/2022).

Tingginya suku bunga menimbulkan risiko tambahan pembayaran bunga oleh negara. Hal tersebut bisa berbahaya apabila terjadi perlambatan ekonomi, karena belanja untuk pembayaran utang menjadi meningkat ketika penerimaan terganggu.

Selain itu, terdapat sentimen komposisi SBN lebih dominan dengan surat utang berdenominasi rupiah, tetapi beban dari 15 persen SBN valas akan meningkat ketika rupiah terdepresiasi. Kemudian adanya resiko tingkat kematangan utang (maturity) dari utang yang segera jatuh tempo. Pembayaran bunga dan pokok utang dalam kondisi saat ini dapat menjadi beban.

Ibrahim memproyeksikan untuk perdagangan besok, Rabu (28/12/2022), rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.650 - Rp15.720 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper