Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Asia Kompak Loyo, Rupiah Dibuka Turun dari Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Senin (12/12/2022) di tengah penguatan indeks dolar AS.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Senin (12/12/2022) di tengah penguatan indeks dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.01 WIB, nilai tukar rupiah dibuka melemah 12 poin atau turun 0,08 persen sehingga berada di posisi Rp15.595 per dolar AS. Sementara itu, Indeks dolar AS terpantau menguat 0,33 persen atau naik 0,34 poin ke posisi 104,82 pada pukul 09.00 WIB.

Mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak di zona merah, dengan pelemahan terdalam terjadi pada won Korea Selatan sebesar 0,84 persen. Kemudian disusul oleh ringgit Malaysia yang melemah 0,43 persen dan yuan China turun 0,37 persen terhadap dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS bergerak melemah pada akhir pekan lalu karena investor mengantisipasi data inflasi AS yang akan datang. Selain itu, sentimen juga datang dari optimisme China atas pembukaan kembali ekonomi di negara tersebut.

Di sisi lain, indeks harga produsen AS yang akan dirilis pada Jumat (9/12/2022) menunjukkan kenaikan 0,3 persen pada November 2022, sedikit di atas ekspektasi. Data tersebut diharapkan menunjukkan bahwa inflasi yang dihadapi oleh sektor manufaktur menurun lebih jauh. Angka tersebut juga diperkirakan akan menunjukkan tren serupa dalam indeks harga konsumen yang diawasi lebih ketat, yang akan dirilis pekan ini.

“Pasar khawatir bahwa inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dapat membuat lebih banyak kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve, mengingat The Fed telah memberi sinyal jika sikapnya terhadap kebijakan moneter sebagian besar akan didorong oleh jalur inflasi,” kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (9/12/2022).

Sementara itu, China mengurangi pembatasan Covid-19 sebagai reaksi atas protes masyarakat terhadap kebijakan nol Covid-19 yang ketat.

Dari dalam negeri, pasar merespons positif bahwa konfirmasi pemerintah soal defisit APBN yang akan berada di bawah 3 persen tahun ini.

Penyebabnya adalah penerimaan yang sangat moncer dan kinerja ekonomi membaik, sehingga pemerintah telah menurunkan proyeksi defisit APBN dari awalnya 4,5 persen menjadi 3,92 persen.

Adapun untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup menguat direntang Rp15.550—Rp15.630 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper