Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Rumah Sakit Diproyeksikan Loyo Akibat Kurang Sentimen Pendukung

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan hingga saat ini belum ada sentimen yang dapat mendorong kinerja pasar sektor rumah sakit.
Kegiatan donor darah yang terselenggara kerja sama PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) dengan PMI DKI Jakarta melalui kampanye kampanye Be The 1TM di Jakarta, Sabtu (4/12/2021)./Istimewa
Kegiatan donor darah yang terselenggara kerja sama PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) dengan PMI DKI Jakarta melalui kampanye kampanye Be The 1TM di Jakarta, Sabtu (4/12/2021)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas emiten pengelola rumah sakit menunjukkan peforma kurang optimal pada kuartal III/2022. Prospek emiten rumah sakit dinilai cenderung loyo karena kurangnya sentimen pendukung.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan hingga saat ini belum ada sentimen yang dapat mendorong kinerja pasar sektor rumah sakit seperti pandemi Covid-19 atau isu-isu kesehatan lainnya. Arjun menilai belum ada katalis yang akan mendukung sektor rumah sakit maupun kesehatan hingga akhir tahun nanti.

Selain itu, Arjun menyebut sektor kesehatan terutama rumah sakit memang kurang diminati oleh investor. Namun, secara jangka panjang investor bisa mencermati sektor ini karena kedepan akan ada katalis positif seiring Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan 50 persen obat dan alat kesehatan (alkes) dapat diproduksi dalam negeri.

Menkes menargetkan agar 50 persen obat, alkes, hingga vaksin diproduksi dari hulu ke hilir dalam negeri. Adapun Kemenkes menganggarkan Rp38 triliun untuk belanja alat kesehatan dan obat-obatan.

"Jika hal ini terwujud tentunya bisa mengurangi beban impor dari emiten rumah sakit," ujar Arjun kepada Bisnis dikutip Kamis (01/12/2022).

Lebih lanjut, Arjun mengatakan saat ini masih ada sektor yang lebih bagus untuk investasi dengan memanfaatkan kondisi pasar saat ini. Sebagai contoh, sektor perbankan saat ini diuntungkan dengan adanya kenaikan suku bunga.

Kemudian emiten besar di sektor perbankan dinilai memiliki fundamental yang kuat dan prospek yang bagus. Selain perbankan, ada pula sektor energi dan konsumen primer yang dinilai menarik untuk akhir tahun hingga tahun depan.

"Untuk saat ini, ada sektor yang lain yang jauh lebih bagus untuk investasi yang bisa diambil manfaatnya dari kondisi pasar saat ini," uajr Arjun.

Lesunya emiten rumah sakit dapat dilihat salah satunya pada emiten produsen jarum suntik, PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) mencatatkan pendapatan dan laba bersih yang anjlok pada kuartal III/2022 seiring berkurangnya permintaan terkait Covid-19 pada tahun ini.

Berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit per 31 September 2022 yang dikutip Kamis (01/12/2022), IRRA mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp554,56 miliar anjlok 48,95 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,08 triliun.

Penurunan tersebut seiring menghilangnya penjualan kepada pihak ketiga PT Sinergi Utama Sejahtera sebesar Rp349,67 miliar pada periode 9 bulan tahun lalu.

Adapun, pada periode 9 bulan tahun ini, penjualan di atas 10 persen IRRA dikontribusi oleh Sekretariat Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes sebesar Rp108,6 miliar dan PT Medquest Mitra Indonesia sebesar Rp90,2 miliar.

Kendati demikian, beban pokok penjualan juga turut merosot menjadi Rp450,28 miliar dari Rp898,27 miliar. Dengan begitu, laba kotor perseroan tercatat Rp104,27 miliar per kuartal III/2022, lebih rendah dibandingkan dengan Rp188,06 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Beban operasional juga merosot menjadi Rp45,74 miliar dari Rp71,56 miliar, sehingga laba operasi merosot dari Rp116,5 miliar menjadi Rp58,53 miliar pada 9 bulan 2022.

Setelah dikurangi beban lain-lain dan pajak, laba setelah pajak tercatat merosot 52,32 persen dari Rp84,92 miliar menjadi Rp40,49 miliar. Jumlah laba komprehensif tercatat sebesar Rp40,65 miliar turun dari Rp84,91 miliar.

Adapun, jumlah aset IRRA tercatat Rp777,22 miliar per kuartal III/2022, sedikit turun dibandingkan dengan realisasi akhir tahun 2021 yang sebesar Rp782,04 miliar. Di sisi lain, jumlah liabilitas meningkat dari Rp279,99 miliar menjadi Rp300,3 miliar pada 9 bulan 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper