Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapuas Prima Coal (ZINC) Kejar Operasional 2 Smelter Baru, Kinerja Siap Melejit

Kapuas Prima Coal (ZINC) saat ini terus mengejar pengoperasian pabrik smelter konsentrat timbal dan smelter seng.
Penambangan PT Kapuas Prima Coal Tbk./Istimewa
Penambangan PT Kapuas Prima Coal Tbk./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten logam dasar PT Kapuas Prima Coal Tbk. (ZINC) berupaya mengejar operasi sejumlah smelter pada akhir tahun ini hingga 2023 untuk mendukung program hilirisasi logam dalam rangka penguatan ekonomi nasional.

Direktur ZINC Evelyne Kioe mengatakan, perseroan saat ini terus mengejar pengoperasian pabrik smelter konsentrat timbal miliknya pada akhir tahun ini.

“Perseroan saat ini telah selesai membangun pabrik smelter konsentrat timbal berkapasitas 40.000 ton konsentrat timbal dengan total biaya investasi sebesar US$15 juta,” jelasnya dalam keterangan pers, dikutip Kamis (17/11/2022).

Adapun, pabrik smelter seng dengan kapasitas 83.000 ton konsentrat seng yang juga sedang dibangun perseroan, diharapkan bisa mulai beroperasi pada kuartal III/2023.

“Beroperasinya kedua smelter tersebut diharapkan akan mampu mendongkrak pendapatan ZINC tahun depan,” imbuh Evelyn.

Adapun tahun ini, untuk menunjang peningkatan kapasitas produksi, ZINC mengalokasikan belanja modal US$10-12 juta yang digunakan untuk membangun infrastruktur terowongan, meningkatkan keamanan kerja (safety) dan menambah jumlah alat berat.

Namun, kondisi harga komoditas harga logam dasar yang belum stabil sangat mempengaruhi target penjualan perseroan, di mana pada 2022 ini ZINC menargetkan penjualan Rp650 miliar.

"Penjualan kita akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi Indonesia dan ekonomi global, mengingat harga komoditas logam dasar yang terus berfluktuasi sejak tahun 2021," kata Evelyn.

Pada semester I/2022 ini, ZINC membukukan laba bersih Rp28,27 miliar, turun 68 persen dari Rp89,52 miliar pada periode yang sama 2021. Turunnya laba bersih tersebut terjadi karena penjualan perseroan turun 18 persen YoY menjadi Rp411,35 miliar dari Rp499,94 miliar pada periode sebelumnya.

Selain itu, peningkatan biaya yang cukup signifikan sejak awal tahun juga terus menggerus laba perseroan hingga kuartal II/2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper