Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor SBN Masih 'Wait and See' Soal Invasi Rusia dan Kebijakan The Fed

Kondisi ini tercermin dari hasil lelang surat utang negara (SUN) yang berlangsung pada Selasa (15/3/2022). DJPPR Kemenkeu melihat investor masih mencermati perkembangan dinamika geopolitik dan ekonomi global yang sangat memengaruhi kondisi investasi.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko atau DJPPR Kementerian Keuangan menilai bahwa investor pasar surat berharga negara atau SBN masih berhati-hati karena mencermati perkembangan konflik Rusia dan Ukraina serta kebijakan ekonomi, terutama di Amerika Serikat.

Direktur SUN DJPPR Deni Ridwan menjelaskan bahwa kondisi itu tercermin dari hasil lelang surat utang negara (SUN) yang berlangsung pada Selasa (15/3/2022). Menurutnya, investor masih mencermati perkembangan dinamika geopolitik dan ekonomi global yang sangat memengaruhi kondisi investasi.

"Investor di pasar SBN terlihat masih sangat hati-hati dan memantau secara seksama perkembangan situasi di Ukraina. Pelaku pasar masih bersikap wait and see menjelang rapat Federal Open Market Committee [FOMC] meeting pada hari ini," ujar Deni melalui keterangan resmi, dikutip pada Rabu (16/3/2022).

Sejumlah pihak memperkirakan The Fed akan mulai menaikkan suku bunga acuan setelah rapat FOMC. Oleh karena itu, menurut Deni, para investor akan mencermati pernyataan The Fed terkait gambaran kebijakannya serta tingkat inflasi dan ekonomi Amerika Serikat, ketika harga komoditas melonjak pasca invasi Rusia.

Selain itu, Deni pun mencatat bahwa investor domestik masih mendominasi keikutsertaan pelaksanaan lelang SUN pada Selasa (15/3/2022). Sebanyak 96,32 persen peserta lelang merupakan investor dalam negeri dan 3,68 persen lainnya investor asing.

"Namun demikian, minat investor pada lelang hari ini masih cukup tinggi, yang tercermin dari incoming bids sebesar Rp49,16 triliun, dengan bid to cover ratio sebesar 2,85 kali," ujarnya.

Deni menjelaskan bahwa fokus investor pada lelang SUN kemarin tertuju di dua seri benchmark dengan tenor 10 dan 20 tahun, yang mencapai 34,15 persen dari total incoming bids dan 67,83 persen dari total awarded bids. Selain itu, incoming bids terbesar masih pada tenor 10 tahun yaitu sebesar Rp10,06 triliun.

"Dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder dan rencana kebutuhan pembiayaan 2022 serta kondisi kas pemerintah yang masih memadai, maka pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp17,25 triliun," kata Deni.

Sesuai dengan kalender penerbitan SBN tahun 2022, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan berlangsung pada 29 Maret 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper