Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREMIUM WRAP-UP: Blusukan Lo Kheng Hong & Strategi Ekspansif Erajaya (ERAA)

Kunjungan Lo Kheng Hong menjadi kode keras masa depan Petrosea usai ditinggal Grup Indika.
Karyawan beraktivitas di salah satu gerai Erafone milik PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di salah satu gerai Erafone milik PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Usai menghadapi pasang surut seiring kepergian Grup Indika selaku pengendali, angin segar berangsur mengembus ke arah PT Petrosea Tbk. (PTRO). Hari ini, misalnya, saham perusahaan kontraktor pertambangan tersebut bergerak menguat seiring beredarnya voto investor veteran Lo Kheng Hong melakukan kunjungan ke Halmahera Utara.

Ketika dikonfirmasi, Pak Lo membenarkan kalau foto tersebut merupakan foto asli. Dia juga berkata kalau kunjungannya ke Halmahera dalam rangka mampir ke PT Nusa Halmahera Minerals.

1. Lo Kheng Hong ‘Pelesir’ ke Nusa Halmahera Minerals, Kode PTRO?

Pemilik Nusa Halmahera, Haji Romo Nitiyudo Wachjo atau biasa dikenal dengan nama Haji Robert, merupakan salah satu pembeli saham PTRO yang dilego Indika. Karenanya, kunjungan Pak Lo ke perusahaan tersebut diyakini memiliki kaitan dengan nasib bisnis PTRO.

Pak Lo pun membenarkan hal itu. Dia juga menyatakan keyakinannya terkait masa depan cerah Petrosea kendati sudah bukan lagi berstatus entitas anak PT Indika Energy Tbk. (INDY).

Cerita selengkapnya dapat Anda baca pada artikel ini.

2. Strategi Ekspansif Erajaya (ERAA) di Tengah Kabar Kasak-kusuk Djarum & Lazada

Harga saham PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) sempat betah nangkring di atas level Rp650 hingga Rp700 per lembar pada September dan November 2021. Harga saham itu dicapai setelah kabar pasar ketertarikan Grup Djarum dan Lazada beredar. Namun, tidak kunjung datangnya kepastian akuisisi oleh salah satu dari dua korporasi besar itu membuat investor tampak bersikap realistis.

Kini, perusahaan memperkuat kinerjanya dengan melakukan ekspansi. Kemana saja? Simak di sini

3. Siasat TPIA Cari Peluang di Tengah Tekanan dan Optimalkan Ekspansi

Tekanan dari sektor energi secara global masih membayangi perusahaan di Indonesia, tak terkecuali PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA).

Namun, perusahaan milik Grup Barito tersebut tampak bergeming dengan adanya tekanan, khususnya terkait pergerakan fluktuatif harga minyak dunia.

Volatilitas harga minyak memang berpengaruh langsung pada TPIA. Ini mengingat perusahaan tersebut membutuhkan nafta yang merupakan produk hasil distilasi minyak bumi, sebagai bahan baku produk petrokimianya.

Menurut Direktur TPIA Suryandi, timnya sedang mencermati dampak fluktuasi harga minyak dunia terhadap kinerja perseroan.

Keterangan lebih lanjut dapat Anda baca di artikel ini.

4. Ini Setoran Dividen BBNI, BMRI, BBRI & BBTN untuk APBN Bu Sri Mulyani, Investor Ritel dapat Berapa?

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk. (BBNI) mengumumkan membagi dividen jumbo bagi pemegang sahamnya. Pemegang saham akan menerima kucuran dividen sedikitnya Rp2,72 triliun.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan dengan komposisi ini, maka pemerintah yang menggenggam 60 persen akan mendapat porsi sekitar Rp1,63 triliun.

Patut digarisbawahi bila bank milik pemerintah yang akan berbagi dividen di tahun ini bukan cuma BBNI. Termasuk di dalamnya juga PT Bank Mandiri Persero. Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk. (BBNI), hingga PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk. (BBTN).

Pembahasan tentang gambaran dividen yang akan diterima pemerintah dari bank-bank tersebut dapat Anda baca di artikel ini.

5. Reksa Dana Pilihan Hadapi Kenaikan Suku Bunga The Fed & Perang Rusia-Ukraina

Risko tetap mengintai pasar keuangan Indonesia terlebih setelah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, mengumumkan sikapnya dalam pertemuan yang berlangsung pertengahan pekan ini.

The Fed akan mengadakan pertemuan pada Rabu (15/3/2022) hingga Kamis (16/3/2022) merespons kondisi ekonomi terbaru.

Pandangan kalangan analis yang dihimpun Bloomberg memprediksi bank sentral bakal menaikkan suku bunga acuan hingga tujuh kali pada 2022, dengan bobot masing-masing 25 basis poin sehingga suku bunga acuan pada akhir 2022 naik 1,86 persen.

Lantas, bagaimana dampak situasi tersebut terhadap tren investasi di Indonesia, termasuk investasi produk reksa dana?

Ulasan lebih lanjut dapat Anda baca pada artikel ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper