Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Bertenaga, Pasar Menanti Kabar Baik Pertemuan Rusia-Ukraina di Turki

Rupiah tercatat menguat bersama mata uang Asia lainnya, yakni won Korea Selatan 0,50 persen, rupee India 0,46 persen, dan dolar Taiwan 0,14 persen.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan di hadapan dolar AS pada awal perdagangan Kamis (10/3/2022).

Mengutip data Bloomberg pada 09.01 WIB, rupiah tercatat menguat 46,5 poin atau 0,32 persen ke Rp14.295 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga menguat 0,21 persen ke posisi 98,17.

Rupiah tercatat menguat bersama mata uang Asia lainnya, yakni won Korea Selatan 0,50 persen, rupee India 0,46 persen, dan dolar Taiwan 0,14 persen.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dijadwalkan untuk berhadap-hadapan dalam pertemuan yang dimediasi Turki, Kamis (10/3/2022) waktu setempat.

Sebelumnya, Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirqkan hari ini bila sentimen positif bisa bertahan, rupiah masih bisa menguat dengan potensi ke kisaran Rp14.300, sementara resisten di kisaran Rp14.380.

Ariston mengatakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS saat ini masih terkait dengan perkembangan invasi Rusia.

"Hingga sore kemarin ini, sentimen pasar keuangan terhadap aset berisiko terlihat cukup positif, sehingga rupiah pun ikut menguat terhadap dolar AS," ujar Ariston dihubungi, Rabu (9/3/2022).

Menurutnya, sentimen positif penguatan rupiah tersebut datang dari dua perkembangan terbaru, yakni Rusia yang memberlakukan periode tenang untuk membuka jalur evakuasi bagi sipil Ukraina.

Selain itu, pemerintah Ukraina menyampaikan tidak akan memaksa menjadi anggota NATO, yang menjadi salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina.

Akan tetapi, lanjutnya, di sisi lain invasi ke Ukraina belum ada kata usai dari Rusia. Sanksi ekonomi terhadap Rusia dari negara barat dan sekutunya juga bertambah.

AS memberlakukan larangan impor minyak mentah dan gas dari Rusia. Menurut Ariston, hal ini membuat situasi masih panas dan sentimen pasar bisa berbalik.

Sementara dari dalam negeri, sikap pemerintah yang mulai mempersiapkan perubahan dari pandemi ke endemi menjadi sentimen positif ke rupiah. Pelonggaran aktivitas membantu pemulihan ekonomi dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper