Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREMIUM WRAP-UP: Rencana Vale (INCO) dan Tornado Saham Antam (ANTM)

Menyikapi lonjakan harga komoditas yang dipacu konflik Rusia-Ukraina, emiten seperti Vale (INCO) dan Samudera Indonesia (SMDR) punya sikap masing-masing.
Kegiatan operasional pertambangan anggota MIND ID./mind.id
Kegiatan operasional pertambangan anggota MIND ID./mind.id

Bisnis.com, JAKARTA – Semakin wanginya harga nikel di tengah genderang konflik Rusia-Ukraina sepertinya tidak bikin PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) terlena. Walau faktor harga memihak, entitas yang terasosiasi dengan BUMN MIND ID ini tetap akan fokus untuk memastikan produksi dan penjualan mereka meningkat.

Menurut Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto, harga masih volatil dan bisa saja turun sewaktu-waktu. Karenanya, INCO tidak ingin aspek tersebut justru membuai dan pada akhirnya merugikan capaian bisnis perseroan.

“Kami melihat harga nikel akan tetap volatil, dan akan mencapai ekuilibrium baru. Jadi, harga saat ini tidak bisa dijadikan patokan,” kata dia.

1. Sikap Vale Indonesia (INCO) Hadapi Lonjakan Nikel, Saham Sanggup ke Rp6.250?

Bagi para investor, keseriusan manajemen itu disikapi positif. Terbukti, pada perdagangan hari ini saham INCO masih menampakkan grafik hijau kendati emiten sejenis macam PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mulai mengalami koreksi penyesuaian.

Seberapa menarik sebenarnya saham INCO bila dibandingkan emiten komoditas lainnya?

Ulasan lebih lanjut dapat Anda simak pada artikel ini.

2. Peluang Samudera Indonesia (SMDR) dari Konflik Rusia dan Ukraina

Sebenarnya, lonjakan harga komoditas bukan saja memunculkan peluang bagi emiten-emiten pertambangan dan logam. Di sektor lain, termasuk di antaranya pengangkutan, emiten juga berpeluang menadah kenaikan cuan tidak kalah besar.

PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) termasuk di antaranya. Entitas pelayaran ini pun mengklaim siap melakukan ancang-ancang agar momentum yang mereka dapat tidak terbuang sia-sia.

“Untuk kami SMDR dampaknya kemungkinan besar dampak positif karena kami tidak beroperasi langsung di daerah konflik,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (10/3/2022).

Pembahasan lebih lanjut terkait peluang saham SMDR di tengah kemelut konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan harga komoditas dapat Anda baca di artikel ini.

3. Arah Tren Baru Proteksionisme Dunia dan Efeknya Ke Indonesia

Isu mengenai proteksionisme di sektor perdagangan global sempat mengemuka kala Amerika Serikat (AS) dan China terlibat aksi perang dagang.

Dalam konteks perdagangan global, proteksionisme merupakan bentuk kebijakan ekonomi suatu negara yang merestriksi ekspor maupun impor dalam bentuk tarif, kuota maupun aneka regulasi lain. Tujuannya adalah memberikan perlindungan terhadap perekonomian domestik masing-masing negara.

Tren proteksionisme yang disulut oleh AS dan China terus bergulir dan bertumbuh ketika Paman Sam dipimpin oleh Donald Trump. Kini setelah tampuk kepemimpinan AS beralih ke Joe Biden, aroma perang dagang dengan China tak lagi sekuat sebelumnya.

Walau demikian, bukan berarti praktik proteksionisme antara kedua negara turun secara signifikan.

Ulasan lebih lanjut dapat Anda baca pada artikel ini.

4. Prospek Industri Perbankan dari Wacana Revisi Aturan Akuisisi Fintech

Maraknya kolaborasi layanan digital antara bank dan perusahaan finansial teknologi (fintech) mendorong adanya rancangan aturan baru. Harapannya, ke depan perbankan dapat mengakuisisi perusahan fintech secara langsung.

Selama ini bank umum konvensional diperbolehka melakukan penyertaan modal, namun itu harus dilakukan lewat anak usaha yang lazimnya berbentuk modal ventura. Hal itu tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/POJK.03/2017 tentang Prinsip Kehati-hatian Dalam Kegiatan Penyertaan Modal.

Namun, dalam waktu dekat, bank konvensional bakal memperoleh kelonggaran untuk mengakuisisi perusahan finansial teknologi. Kelonggaran bisa muncul seiring rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggodok Peraturan OJK (POJK) tentang Kegiatan Penyertaan Modal oleh Bank Umum.

Pembahasan lebih lanjut tentang draf dan potensi dampak calon aturan baru tersebut dapat Anda baca di artikel ini

5. Tornado Saham Antam (ANTM) : Antara Rekor Harga Nikel & Kasus Tsingshan

Dalam sepekan terakhir, saham PT Aneka Tambang Tbk. alias Antam (ANTM) bergerak seperti wahana tornado. Sempat ngacir diterbangkan lonjakan sentimen harga komoditas termasuk nikel dan emas akibat perang Rusia-Ukraina, belakangan gerak ANTM lebih sukar diterka seiring munculnya kasus margin call yang melibatkan Tsingshan Holding Group di London Metal Exchange (LME). Menurut analisis Trimegah Sekuritas, ANTM dan perusahaan komoditas lain seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan PT Harum Energy Tbk. (HRUM) rentan terpengaruh dinamika perkembangan kasus tersebut lantaran status Tsingshan. Entitas ini merupakan pemain nikel terbesar global sekaligus motor penggerak hilirisasi di Indonesia.

Menurut analisis Trimegah Sekuritas, ANTM dan perusahaan komoditas lain seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan PT Harum Energy Tbk. (HRUM) rentan terpengaruh dinamika perkembangan kasus tersebut lantaran status Tsingshan. Entitas ini merupakan pemain nikel terbesar global sekaligus motor penggerak hilirisasi di Indonesia. Untuk berita lengkap bisa dibaca di sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper