Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada Rabu (16/2/2022) pagi meskipun indeks dolar AS bergerak di zona hijau.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.05 WIB, rupiah menguat 24,5 poin atau 0,17 persen ke Rp14.275 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar AS juga menguat 0,02 persen di level 96,00.
Sebelumnya, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang Rp14.270-Rp14.300.
Menurutnya, pasar masih mengkhawatirkan kemungkinan serangan Rusia ke Ukraina, serta masih menantikan keputusan tentang seberapa agresif kenaikan suku bunga AS yang akan datang pada pertemuan Maret.
Presiden Fed St Louis James Bullard, yang menyerukan kenaikan besar 50 basis poin pada pekan lalu, mengulangi seruan untuk menaikkan suku bunga lebih cepat.
"Ketegangan di Ukraina dan prospek yang lebih agresif untuk suku bunga dana Fed keduanya mendukung dolar AS dalam waktu dekat, kata ahli strategi mata uang senior Commonwealth Bank Of Australia Kim Mundy," kutip Ibrahim dalam risetnya, Selasa (15/2/2022).
Baca Juga
Dari dalam negeri, Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal IV/2021 mencapai 415,1 miliar dolar AS atau turun dari posisi triwulan sebelumnya yang sebesar 424 miliar dolar AS.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyatakan penurunan itu disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral serta sektor swasta.
Secara tahunan posisi ULN kuartal keempat 2021 terkontraksi 0,4 persen (yoy) setelah tumbuh 3,8 persen (yoy) pada Kuartal sebelumnya.
Untuk ULN pemerintah pada kuartal keempat 2021 tercatat sebesar 200,2 miliar dolar AS turut menurun dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 205,5 miliar dolar AS atau terkontraksi 3 persen (yoy) setelah tumbuh 4,1 persen (yoy) pada Kuartal Ketigat 2021.
Penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara( SBN) yang jatuh tempo dan pelunasan sebagian pokok pinjaman di Kuartal Keempat 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Indonesia mengalami surplus neraca dagang US$930 juta pada Januari 2022 kemarin. Dengan demikian, RI mencatatkan surplus selama 21 bulan berturut-turut.
Meski surplus, sejatinya angkanya mengecil jika dibanding Desember 2021 yang masih US$1,02 miliar.
Surplus tersebut berasal dari selisih nilai ekspor yang mencapai US$19,16 miliar atau naik 35,31 persen dan impor senilai US$18,23 miliar atau naik 36,77 persen pada Januari kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel