Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awali Hari Ini, Rupiah dan Mata Uang Asia Menguat Lawan Dolar AS

Bersama rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya juga menguat seperti yen Jepang yang menguat 0,10 persen, yen China menguat 0,06 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,06 persen.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka menguat di hadapan dolar AS pada perdagangan Selasa (15/2/2022).

Mengutip data Bloomberg pada 09.01 WIB, mata uang Garuda tercatat menguat tipis 16,5 poin atau 0,12 persen ke Rp14.309 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS bergerak di zona merah namun di posisi tinggi 96,24.

Bersama rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya juga menguat seperti yen Jepang yang menguat 0,10 persen, yen China menguat 0,06 persen, ringgit Malaysia menguat 0,06 persen, dan baht Thailand menguat 0,24 persen.

Sebelumnya, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang Rp14.300-Rp14.360 per dolar AS.

Dia menyebutkan masih ada tekanan dari potensi konflik di Eropa Timur, meskipun pihak Rusia telah menyanggah akan melakukan serangan.

"Ketegangan tersebut menjadi kejutan bagi pasar yang sudah dibebani data inflasi AS pada pekan lalu yang tinggi. Meskipun kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga darurat agak mereda, beberapa investor memperkirakan dolar akan tetap menguat," tulisnya dalam riset harian, Senin (14/2/2022).

Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon positif setelah lembaga pemeringkat Moody’s memperkirakan aktivitas ekonomi Indonesia akan kembali ke rata-rata prapandemi pada 2023 dengan pertumbuhan bertahan pada tingkat tersebut setelahnya.

Hal itu tampak dari keputusan Moody's yang memilih untuk kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 10 Februari 2022.

Moody's memandang keputusan ini sejalan dengan hasil asesmen bahwa ketahanan ekonomi Indonesia serta efektivitas kebijakan moneter dan makroekonomi tetap terjaga. Kebijakan reformasi struktural yang ditempuh oleh epmerintah juga diyakini akan mendukung peningkatan investasi dan menopang perbaikan daya saing ekspor.

Di sisi lain, reformasi perpajakan melalui penerbitan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) dan rencana normalisasi kebijakan fiskal diperkirakan dapat mendukung terjaganya beban utang Pemerintah.

Adapun, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga, sementara prospek ekonomi jangka menengah tetap kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan yang tinggi dan bauran kebijakan antara BI, Pemerintah, dan otoritas lainnya yang efektif.

Untuk dua tahun ke depan, Moody's memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali kepada level sebelum pandemi yaitu mencapai 5 persen. Rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa, yaitu 3,7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper