Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Bangkit, Harga Emas Keok

Harga emas kontrak paling aktif untuk pengiriman Februari 2022 di divisi Comex New York Exchange ditutup melemah US$8,8 atau 0,49 persen ke level US$ 1.776,70 per troy ounce.
Emas batangan/Bloomberg
Emas batangan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Kamis (10/12/2021), menyusul penguatan dolar AS dan data klaim pengangguran  yang menunjukkan penurunan.

Dilansir Antara, harga kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari 2022 di divisi Comex New York Exchange ditutup melemah US$8,8 atau 0,49 persen ke level US$ 1.776,70 per troy ounce. Di pasar spot, harga emas turun 0,3 persen ke level US$1.776,56 dolar AS.

Emas berada di bawah tekanan ketika Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (9/12/2021) bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mingguan AS turun 43.000 menjadi 184.000, level terendah 52 tahun.

"Angka klaim pengangguran yang lebih kuat dari perkiraan bersama dengan dolar yang lebih kuat menyeret emas lebih rendah, tetapi ada juga pedagang yang menunggu data IHK (Indeks Harga Konsumen)," kata analis pasar senior RJO Futures, dikutip Jumat (10/12/2021).

Dolar yang menguat juga membuat emas kurang menarik bagi pembeli luar negeri.

Pasar juga menunggu data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat dan data Indeks Harga Produsen yang akan dirilis pada Selasa (14/12/2021).

"Jika angka inflasi akan tinggi, maka emas akan segera bangkit kembali dan bergerak menuju 1.800 dolar AS," tambah Haberkorn.

Laporan Indeks Harga Konsumen AS pada Jumat waktu setempat akan diikuti oleh pertemuan kebijakan The Fed pada 14-15 Desember.

Emas telah diperdagangkan dalam kisaran 1.760-1.790 dolar AS yang relatif ketat sejak turun di bawah level kunci 1.800 dolar AS pada akhir November, karena investor berusaha untuk mengukur kemungkinan langkah Fed mengurangi stimulus dan menaikkan suku bunga.

Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

"Emas dapat melihat tawaran beli baru jika pasar menjadi takut sekali lagi tentang perkembangan terkait pandemi atau peningkatan ketegangan geopolitik antara ekonomi-ekonomi utama," kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity.

Terlepas dari ketidakpastian yang berkepanjangan atas varian virus corona Omicron, fokus juga pada ketegangan atas Rusia dan sikapnya terhadap Ukraina, boikot diplomatik Olimpiade Beijing oleh beberapa negara Barat dan sanksi AS terhadap Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper