Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Minyak Ketat, Harga Befluktuatif

Adapun, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari menguat 38 sen atau 0,5 persen, menjadi US$82,43 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember turun 12 sen atau 0,2 persen, menjadi US$80,76 per barel.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak bergerak fluktuatif pada akhir perdagangan Rabu pagi waktu Asia menyusul adanya prospek persediaan yang ketat di seluruh dunia diimbangi oleh perkiraan peningkatan produksi dalam beberapa bulan mendatang serta kekhawatiran atas meningkatnya kasus virus corona di Eropa.

Adapun, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari menguat 38 sen atau 0,5 persen, menjadi US$82,43 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember turun 12 sen atau 0,2 persen, menjadi US$80,76 per barel.

"Pasar minyak akan tetap ketat dalam jangka pendek, yang seharusnya mendukung harga," kata Analis Commerzbank Carsten Fritsch.

Kepala Eksekutif Trafigura Group Jeremy Weir menambahkan ketatnya pasar minyak global disebabkan permintaan kembali ke tingkat sebelum pandemi.

Produksi minyak dari cekungan Permian Texas diperkirakan mencapai rekor 4,953 juta barel per hari (bph) pada Desember.

Stok minyak mentah AS diperkirakan telah meningkat untuk minggu keempat berturut-turut, dengan analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan peningkatan sekitar 1,4 juta barel pekan lalu.

Yang pertama dari dua laporan pasokan mingguan, dari kelompok industri American Petroleum Institute (API), akan dirilis Selasa (16/11) malam.

Namun, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan reli pasar minyak dapat mereda karena harga yang tinggi dapat memberikan insentif yang kuat untuk meningkatkan produksi, terutama di Amerika Serikat.

IEA memperkirakan harga rata-rata Brent berada di sekitar 71,50 dolar AS per barel pada 2021 dan 79,40 dolar AS pada 2022, sementara Rosneft mengatakan mungkin mencapai 120 dolar AS pada paruh kedua 2022, menurut kantor berita TASS.

Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohammad Barkindo memperkirakan surplus minyak pada awal Desember dan pasar akan tetap kelebihan pasokan tahun depan.

Sementara itu, OPEC pekan lalu memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat sebesar 330.000 barel per hari dari perkiraan bulan lalu, karena harga energi yang tinggi menghambat pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19.

Kekhawatiran tentang kehancuran permintaan juga muncul ketika Eropa kembali menjadi pusat pandemi Covid-19, mendorong beberapa pemerintah untuk mempertimbangkan menerapkan kembali penguncian, sementara China sedang berjuang melawan penyebaran wabah terbesarnya yang disebabkan oleh varian Delta.

Di sisi lain, pemerintahan Biden telah mempertimbangkan untuk memanfaatkan stok darurat AS untuk mendinginkan kenaikan harga minyak. Namun, penjabat kepala Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pelepasan minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS kemungkinan hanya akan berdampak singkat pada pasar minyak.

"Pasar terlihat solid secara fundamental dengan pasar fisik yang kuat, tetapi dengan kurangnya short di pasar dan ketakutan SPR, pasar tidak bisa reli," kata Scott Shelton, spesialis energi di United ICAP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper