Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa AS Fluktuatif Tertekan Kekhawatiran Inflasi

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah0,22 persen ke 35.216,03, sedangkan indeks S&P 500 terpantau stagnan. sementara itu, indeks Nasdaq menguat 0,18 persen ke 14.923,88.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat bergerak fluktuatif pada awal perdagangan Senin (18/10/2021) menyusul melonjaknya harga energi yang memperkuat kekhawatiran inflasu dan meningkatkan ekspektasi pengetatan kebijakan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah0,22 persen ke 35.216,03, sedangkan indeks S&P 500 terpantau stagnan. sementara itu, indeks Nasdaq menguat 0,18 persen ke 14.923,88.

Indeks bergerak fluktuatif di tengah dilis laporan keuangan emiten dan data ekonomi yang solid, yang cukup untuk mengatasi kekhawatiran terhadap kekurangan energi dan gangguan rantai pasokan. Namun, kenaikan harga minyak dan gas alam memicu kembali kekhawatiran setelah OPEC+ gagal memenuhi target produksi dan Rusia memilih untuk meningkatkan pengiriman bahan bakar ke Eropa. Produksi di pabrik-pabrik AS juga turun pada bulan September.

“Masalah yang menyebabkan pelemahan telah mereda selama dua minggu terakhir, yang memungkinkan saham untuk melambung,” tulis Tom Essaye, pendiri buletin “The Sevens Report”, dikutip Bloomberg, Senin (18/10/2021).

Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik menjadi 1,60 persen karena aksi jual obligasi global meningkat. Imbal hasil Inggris melonjak setelah Bank of England memperingatkan tentang perlunya menanggapi tekanan harga. Sementara itu, ekspektasi kenaikan suku bunga juga meningkat di Australia dan Selandia Baru, di mana inflasi melaju dengan tingkat tercepat dalam 10 tahun.

"Pekan ke depan akan memberikan investor wawasan lebih lanjut mengenai kesehatan ekonomi AS serta kekuatan dan ketahanan pendapatan perusahaan S&P 500," ungkap kepala strategi investasi di Oppenheimer John Stoltzfus.

Sementar itu, kepala strategi makro AS di MUFG Securities, George Goncalves, mengatakan Sejumlah pembicara dari Federal Reserve diperkirakan akan mencoba menenangkan investor pekan ini menjelang rencana untuk mengurangi program pembelian asetnya.

"Kami akan melihat apakah pasar mendengarkan. Meskipun demikian, pertanyaan yang mungkin adalah apakah tapering dimulai pada bulan November atau Desember,” tulisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper