Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Blue Chip Bakal Terus Menjulang, Ini Rekomendasinya

Ada empat saham blue chip yang menjadi favorit analis hungga akhir tahun 2021.
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan saham-saham blue chip yang tengah agresif masih berpotensi terus menguat untuk menopang laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai akhir tahun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan IHSG tengah membutuhkan katalis positif berikutnya untuk bisa mendaki level yang lebih tinggi dari 6.500. Dalam waktu dekat, lanjutnya, indeks gabungan justru rawan terkoreksi.

“Saya prediksi akan ada konsolidasi dulu untuk IHSG bisa melaju lagi,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (13/10/2021). Meski demikian Wawan masih optimistis IHSG berpeluang untuk terus menguat ditopang oleh pergerakan saham-saham berkapitalisasi jumbo.

Dari sisi ekonomi makro, lanjutnya, pemerintah sepertinya tidak akan memperketat kembali PPKM. Hal itu dapat berimbas positif bagi operasional emiten-emiten blue chip.

Wawan menilai bila level PPKM terus diturunkan oleh pemerintah akan membuat proyeksi pendapatan meningkat hingga akhir tahun. “Untuk akhir tahun ini masih didukung pergerakan saham blue chip, koreksi mungkin terjadi karena profit taking tapi support IHSG masih akan kuat di level 6.300,” imbuhnya.

Dari beberapa saham blue chip, Wawan memilih empat emiten sebagai favorit utama. Yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan target Rp8.000 per saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Rp4.750 per saham, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) Rp9.500 per saham, dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Rp5.500 per saham.

Khusus bagi BBCA, Wawan berpendapat usai aksi stock split saham perseroan minim potensi terkoreksi. Pasalnya dia menilai investor lokal dan asing masih mengidolai BBCA sebagai primadona.

“[BBCA] sebagai saham dengan kapitalisasi terbesar di bursa dan prospek perbankkan pada masa pemulihan [ekonomi] sangat menarik,” imbuhnya.

Selain itu, Wawan Hendrayana mengatakan investor dapat memasang strategi buy on weaknees ketika IHSG sedang bullish seperti sekarang. Akan tetapi, Wawan lebih merekomendasikan saham-saham big caps karena menjadi favorit investor asing.

“Investor bisa memanfaatkan buy on weakness bila ada koreksi, saat ini minat investor terutama asing masih pada blue chip,” katanya.

Sementara untuk saham-saham kategori kedua dan ketiga bisa menjadi diversifikasi bagi para investor. Selain itu, investor jangka pendek bisa mempertimbangkan aksi profit taking pada bulan Desember ketika momentum window dressing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper