Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Loyo di Sesi I, Investor Asing Banyak Lepas Saham BMRI & UNVR

Tercatat, 222 saham menguat, 261 saham melemah dan 163 saham bergerak stagnan. Investor asing membukukan net foreign sell sebesar Rp33,34 miliar.
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/1/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/1/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada penutupan perdagangan sesi I, Senin (13/9/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 11.30 WIB, IHSG terpantau parkir pada posisi 6.054,82 di akhir sesi I, terkoreksi 0,66 persen atau 40,05 poin.

Tercatat, 222 saham menguat, 261 saham melemah dan 163 saham bergerak stagnan. Investor asing membukukan net foreign sell sebesar Rp33,34 miliar.

Saham PT Idea Indonesia Akademi Tbk (IDEA) tercatat anjlok paling dalam dengan koreksi 9,47 persen ke level 153 disusul oleh PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG) dengan penurunan 5,88 persen.

Sementara itu, investor asing tercatat menjual saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp36,1 miliar, atau terbanyak hingga penutupan sesi I. Menyusul dibelakangnya adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) senilai Rp26,5 miliar.

Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan walaupun selama 2 hari pada akhir minggu lalu IHSG naik 1.14 persen, tetapi selama minggu lalu IHSG turun sebesar 32,05 poin atau 0,52 persen diiringi net buy investor asing sebesar Rp1,05 triliun.

Akan tetapi jika dibandingkan dengan kejatuhan Indeks Dow Jones Industrial Average di Amerika Serikat (AS) sepanjang minggu lalu sebesar 761,28 poin atau 2,17 persen, maka kondisi IHSG jauh lebih baik.

"Memasuki awal minggu ini tentunya menjadi tantangan bagi IHSG apakah mampu melanjutkan trend penguatan di hari hari ke-3 menyusul jatuhnya Indeks DJIA pada hari Jumat sebesar 0,71 persen," jelasnya, Senin (13/9/2021).

IHSG juga akan terganggu dengan kejatuhan harga beberapa komoditas di tengah kembali naiknya yield obligasi AS tenor 10 tahun ke level 1.3410 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper