Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diminta Bursa, Garuda (GIAA) Bikin Paparan Publik Dadakan Besok

Direksi yang akan hadir pada pemaparan publik insidentil yakni Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra bersama Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Prasetio.
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) akan melaksanakan paparan publik insidentil pada Kamis (19/8/2021). Paparan publik ini dilaksanakan atas permintaan otoritas pasar modal.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan pelaksanaan paparan publik mengacu kepada Surat PT Bursa Efek Indonesia dengan Nomor: S-05560/BEI.PP2/08-2021 Perihal Permintaan Penjelasan dan Permintaan Pelaksanaan Public Expose Insidentil.

Selain itu, upaya ini guna memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Bursa Nomor I-E ketentuan IV.1.1.7.3.1 tentang Kewajiban Penyampaian Informasi dan Surat Edaran PT Bursa Efek Indonesia dengan nomor: SE00003/BEI/05-2020 perihal Tata Cara Pelaksanaan Public Expose Secara Elektronik.

"Bersama ini kami perkenankan kami menyampaikan informasi bahwa perseroan akan menyelenggarakan Public Expose Insidentil secara elektronik melalui Zoom Meeting," tulisnya dalam surat keterbukaan informasi, Rabu (18/8/2021).

Pelaksanaan paparan publik insidentil dilakukan pada esok hari, Kamis, 19 Agustus 2021, pukul 16.30-18.00 WIB.

Direksi yang akan hadir yakni Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra bersama Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Prasetio.

Adapun untuk dapat mengikuti kegiatan Public Expose Insidentil tersebut para pihak dapat melakukan pendaftaran melalui tautan berikut https://bit.ly/PaparanPublikGA dengan mengacu pada tuntunan pendaftaran sebagaimana terlampir paling lambat 1 hari kalender sebelum pelaksanaan Public Expose Insidentil.

"Lebih lanjut, materi pemaparan publik insidentil akan kami sampaikan selambat-lambatnya pada hari Rabu 18 Agustus 2021," katanya.

Sebelumnya, Irfan mengatakan tengah menyiapkan rencana usaha bersama dengan sejumlah advisor yang telah ditunjuk perusahaan.

GIAA telah menunjuk Guggenheim Securities, LLC sebagai financial advisor yang akan mendukung langkah pemulihan kinerja usaha Perseroan. Sementara itu, McKinsey & Company juga turut terlibat dalam perancangan prosposal tersebut bersama dengan mitra strategis lainnya seperti Cleary Gottlieb Steen & Hamilton LLP dan Assegaf Hamzah & Partners.

Dia menjelaskan, setelah rampung, proposal tersebut rencananya akan dibawa kepada para pemegang saham dan pemangku kepentingan terkait termasuk para kreditur, perusahaan penyewaan pesawat (lessor), dan pihak-pihak terkait lainnya.

“Rencana bisnis ini nantinya akan menjadi justifikasi saat kami ajukan kepada para kreditur, termasuk lessor, Angkasa Pura I dan II serta pihak lain. Nanti kalau rencananya sudah final akan kami infokan,” katanya dalam konferensi pers perusahaan, Jumat (13/8/2021).

Sementara itu, Irfan menambahkan pihaknya juga terus berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan terkait perkembangan rencana restrukturisasi dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh My Indo Airlines (MYIA).

Garuda Indonesia juga akan melanjutkan negosiasi dengan lessor terkait proses negosiasi harga dan masa kontrak pesawat. Awal pekan ini, GIAA berhasil menghentikan gugatan pailit yang diajukan lessor pesawatnya yakni Aercap di pengadilan Tinggi New South Wales, Australia.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021, GIAA mencetak pendapatan US$353,07 juta turun 54,03 persen dari pendapatan kuartal I/2020 sebesar US$768,12 juta.

Pendapatan dari penerbangan berjadwal menurun menjadi US$278,22 juta dari US$654,52 juta. Sementara, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal naik menjadi US$22,78 juta dari US$5,31 juta. Pendapatan usaha lainnya juga menurun menjadi US$52,06 juta dari US$108,27 juta.

Adapun, beban usaha perseroan menurun tetapi tetap di atas kinerja pendapatan perseroan. Beban usaha per kuartal I/2021 sebesar US$702.17 juta sementara pada kuartal I/2020 sebesar US$945,7 juta.

Alhasil, perseroan mencetak rugi usaha sebesar US$287,09 juta per 3 bulan tahun ini dari posisi laba usaha US$616.040 per 3 bulan awal tahun lalu.

Dengan demikian, rugi Garuda yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk membengkak menjadi US$384,34 juta dari posisi US$120,16 juta per kuartal pertama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper