Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi Campur Aduk, Bursa AS Melemah

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,92 persen ke 34.792,67, sedangkan indeks S^P 500 melemah 0,46 persen ke 4.402,66 dan Nasdaq Composite naik 0,15 persen.
Wall Street./Bloomberg
Wall Street./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada Rabu (4/8/2021) setelah wakil dewan Gubernur Federal Reserve mengatakan suku bunga acuan bisa naik pada tahun 2023.

Sementara itu, data ekonomi yang variatif pada bulan Juli menunjukkan perusahaan di AS menambahkan pekerjaan jauh lebih sedikit dari yang diharapkan.

Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik menjadi 1,17 persen, emas mengurangi kenaikan lebih dari 1 persen, dan dolar AS menguat setelah sempat melemah sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,92 persen ke 34.792,67, sedangkan indeks S^P 500 melemah 0,46 persen ke 4.402,66 dan Nasdaq Composite naik 0,15 persen.

Wakil Ketua Dewan Gubernur The Fed Richard Clarida mengatakan bank sentral diperkirakan baru akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun 2023. Pengumuman bertahap akan dilakukan akhir tahun ini.

Komentar tersebut muncul setelah petunjuk bahwa Departemen Keuangan AS dapat memangkas penjualan obligasi musim gugur ini. Sementara itu, laporan ketenagakerjaan ADP bertentangan dengan rekor pertumbuhan indeks layanan ISM, menunjukkan hambatan perekrutan yang terus-menerus meskipun ada perbaikan dalam ekonomi.

Indeks S&P 500 juga melemah tertekan oleh sejumlah laporan keuangan emiten, termasuk General Motors Co. dan CVS Health Corp. Namun, penguatan saham-saham sektor teknologi mampu mengangkat indeks Nasdaq 100.

"Setelah kehilangan 19,6 juta pekerjaan pada bulan Maret dan April tahun lalu, AS telah menambahkan kembali 13,1 juta [pekerjaan]," tulis kepala investasi Bleakley Advisory Group Peter Boockvar, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (4/8/2021).

"Saya benar-benar tidak suka menggunakan kata 'stagflasi' [inflasi stagnan] tetapi ini yang terjadi sekarang, sehingga membuat pekerjaan Federal Reserve menjadi jauh lebih sulit," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper