Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Amazon Ambruk, Wall Street Memerah

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,42 persen ke level 34.935,47, sedangkan indeks S&P 500 ditutup terkoreksi 0,54 persen di posisi 4.395,26 dan Nasdaq 100 turun 0,59 persen ke 14.959,90.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (30/7/2021), di tengah kekhawatiran investor terhadap perlambatan pertumbuhan emiten teknologi besar.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,42 persen ke level 34.935,47, sedangkan indeks S&P 500 ditutup terkoreksi 0,54 persen di posisi 4.395,26 dan Nasdaq 100 turun 0,59 persen ke 14.959,90.

Saham Amazon.com Inc. anjlok 7,6 persen, penurunan terbesar terbesar sejak Mei 2020, dan menjadi kontributor penekan terbesar terhadap penurunan indeks Nasdaq 100 dan S&P 500. Hal ini terjadi setelah prospek penjualan perusahaan meleset dari ekspektasi.

Saham emiten teknologi lain termasuk Microsoft Corp juga melemah 0,55 persen dan membebani indeks Dow Jones Industrial Average.

Pekan ini, pasar dikejutkan minggu oleh cengkeraman pengetatan peraturan pemerintah China, banyak laporan pendapatan, dan prospek stimulus. Perkiraan penjualan Amazon menambah proyeksi hati-hati dari Facebook Inc. dan Apple Inc.

Sejauh ini, musim pendapatan kuartal kedua lebih kuat dari yang diharapkan. Sekitar 60 persen dari emiten indeks S&P 500 telah merilis laporan keuangan, dan lebih dari 80 persen di antaranya melampaui proyeksi kinerja, menurut data Bloomberg.

Dengan perdagangan saham mendekati rekor tertinggi dan valuasi yang melebar, sejumlah investor semakin khawatir bahwa pemulihan pendapatan emiten sudah mencapai puncaknya dan akan segera melandai karena pasar menghadapi sejumlah risiko, mulai dari inflasi, varian delta Covid-19 yang menyebar cepat, dan tindakan tegas China terhadap perusahaan teknologi swasta.

Presiden GuideStone Capital Management David Spika mengatakan investor profesional cenderung mencari alasan untuk menjual saham ketika mencapai level valuasi saat ini.

“Bisa jadi varian delta, bisa jadi China, atau apa pun. Mereka mencari alasan untuk menjual karena mereka tahu valuasi telah melebar dan mereka tidak ingin menjadi yang terakhir memegang saham,” tulis Spika, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (31/7/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper