Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan AS Makin Ketat, Minyak Mentah Menguat

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 1,31 poin atau 1,75 persen ke level US$76,05 per barel.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah kembali menguat pada akhir perdagangan Kamis (29/7/2021), dengan harga Brent mencapai US$76 per barel, karena pasokan di Amerika Serikat semakin ketat setelah menyusut ke level terendah sejak Januari 2020.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 1,31 poin atau 1,75 persen ke level US$76,05 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September menguat 1,23 poin atau 1,7 persen ke level US$73,62 per barel.

Data dari penyedia informasi Genscape pada Kamis (29/7) menunjukkan bahwa persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma terus berkurang. Stok di Cushing terlihat di 36,299 juta barel pada Selasa (27/7/2021) sore, turun 360.917 barel dari 23 Juli.

Data persediaan Cushing datang sehari setelah Badani Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah domestik turun 4,1 juta barel dalam seminggu yang berakhir 23 Juli.

Cushing, titik pengiriman untuk patokan kontrak berjangka minyak AS, telah mengalami penarikan stok tujuh kali berturut-turut.

"Minyak mentah masih kehabisan persediaan di AS kemarin," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Yawger menambahkan, pasar mendapat dorongan tambahan dari dolar AS yang lebih lemah dan sinyal dari Iran bahwa tidak ada kesepakatan nuklir yang akan segera terjadi.

Pada Juni, Brent mencapai US$75 per barel untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, kemudian merosot awal bulan ini di tengah kekhawatiran tentang penyebaran cepat virus corona varian Delta dan kesepakatan OPEC+ untuk meningkatkan pasokan.

Pemulihan ekonomi AS masih di jalurnya meskipun ada peningkatan infeksi virus corona, Federal Reserve AS mengatakan pada Rabu (28/7/2021) dalam sebuah pernyataan kebijakan yang mengisyaratkan pembicaraan seputar penarikan dukungan kebijakan moneter sedang berlangsung.

Dolar AS melemah sehari setelah pernyataan Federal Reserve bahwa pihaknya belum menetapkan waktu untuk mulai mengurangi pembelian obligasinya.

Indeks dolar melemah 0,41 persen menjadi 91,882, level yang terakhir terlihat pada 29 Juni. Dolar yang lesu mengangkat euro naik 0,39 persen menjadi 1,1888 dolar AS, tertinggi dalam lebih dari tiga minggu.

"Sementara risiko terhadap prospek permintaan dapat meningkat karena pemerintah di seluruh Eropa mengurangi izin untuk pertemuan publik, kami mencatat bahwa pasar telah mengalami beberapa putaran pembatasan mobilitas... namun, pemulihan global tidak tergelincir secara signifikan," analis dari Citi mengatakan dalam sebuah catatan.

Lebih lanjut mendukung prospek pasokan yang lebih ketat adalah pernyataan dari Iran yang menyalahkan AS atas jeda dalam pembicaraan nuklir, yang dapat berarti penundaan pengembalian barel Iran ke pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper