Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Acuan Tembus US$115,35, Ini Dampaknya Buat Emiten

Penetapan HBA Juli 2021 tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 121.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Juli 2021.
Ilustrasi - Pembangunan rel kereta batu bara./Antara - Kristian Ali
Ilustrasi - Pembangunan rel kereta batu bara./Antara - Kristian Ali

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga batu bara acuan atau HBA menembus US$115,35 per ton pada Juli 2021, naik US$15,02 per ton dari posisi Juni 2021 yang mencapai US$100,33 per ton. Peningkatan itu membuat HBA Juli mencetak rekor tertinggi sejak Desember 2011, yaitu US$112,67 per ton.

Penetapan HBA Juli 2021 tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 121.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Juli 2021. Keputusan Menteri ini ditetapkan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 2 Juli 2021.

Dalam 3 bulan terakhir, HBA mengalami kenaikan yaitu US$86,68 per ton pada April, dan pada Mei sebesar US$89,74 per ton. Kemudian, pada Juni 2021, HBA tercatat melesat ke angka US$100,33 per ton.

Terkait hal tersebut, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan kenaikan harga batu bara acuan (HBA) memang tidak serta merta mendongkrak kinerja emiten-emitennya secara signifikan. Hal ini tercermin dari kinerja yang ditorehkan pada laporan keuangan di kuartal I/2021.

Menurutnya, masih ada beberapa sentimen negatif yang menahan pendapatan emiten batu bara. Salah satunya adalah wacana China yang hendak menekan harga yang dirasa sudah terlalu tinggi, dengan mengizinkan kembali produksi batu bara oleh badan usaha negaranya.

Selain itu, wacana dari beberapa pihak keuangan dunia yang akan menghentikan pendanaan untuk proyek batubara juga turut membebani kinerja emiten. Dari dalam negeri, rencana pemerintah untuk menghentikan operasi PLTU berbasis batu bara secara bertahap turut membayangi perusahaan-perusahaan pada sektor ini

“Dari sisi teknis, curah hujan yang masih cukup tinggi di Indonesia memperlambat proses produksi batu bara tanah air. Jadi produksinya menjadi tidak maksimal di kuartal I/2021,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (6/7/2021).

Meski demikian, Frankie meyakini prospek kinerja emiten sektor batu bara akan membaik pada paruh kedua tahun ini. Menurutnya, batu bara masih menjadi pilihan utama sebagai sumber energi khususnya listrik. Sentimen ini akan berimbas positif bagi performa keuangan emiten pada akhir tahun nanti

Ia menjelaskan peralihan energi listrik dari batu bara menjadi sumber energi terbarukan juga masih memerlukan proses yang cukup lama. Hal tersebut mengingat pembangunan fasilitasnya tidak murah.

Emiten sektor batu bara masih mempunyai ruang untuk menorehkan pendapatan sepanjang tahun ini. Apalagi jika ekosistem kendaraan listrik sudah mengalami kenaikan, sumber energi listrik sementara waktu bakal ditopang oleh PLTU batubara,” jelasnya.

Adapun, Frankie merekomendasikan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai saham yang patut dikoleksi pada sektor batu bara. Secara teknikal pergerakannya masih akan menjanjikan dan ia mematok target harga pada Rp2.400.

Selain itu, Frankie juga menjagokan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target harga di level Rp1.400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper