Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indo Premier Sekuritas Pertahankan Target IHSG di Level 5.950

IHSG mencetak kenaikan 27 persen sejak titik terendah pada 24 Maret lalu, didorong aksi beli investor ritel. Sektor properti disebut akan mendapat banyak benefit dari program restrukturisasi kredit perbankan.
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – PT Indo Premier Sekuritas mempertahankan target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada level 5.950 untuk tahun ini dalam skenario base case. Sektor properti pun dinilai menjadi yang paling diuntungkan dari relaksasi perbankan pada masa pandemi Covid-19.

Adapun, indeks telah menguat hampir 27 persen dan sempat diperdagangkan di atas level 5.000 sejak menyentuh titik terendah 3.937 pada 24 Maret 2020.

Jovent Muliadi, Head of Research Indo Premier Sekuritas , memaparkan dalam riset tertanggal 15 Juni 2020 bahwa reli IHSG belakangan ini lebih didorong oleh aksi beli investor ritel. Di sisi lain, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih dalam periode tahun berjalan sebesar Rp10,24 triliun per 15 Juni 2020.

“Kami mempertahankan target indeks pada 5.950 yang mencerminkan 1,8 kali P/BV,” tulis Jovent seperti dikutip, Selasa (16/6/2020).

Jovent melanjutkan terdapat beberapa sektor di pasar modal yang mendapat berkah dari restrukturisasi perbankan dan perusahaan pembiayaan pada masa pandemi Covid-19. Sektor properti diperkirakan menjadi yang paling diuntungkan oleh kebijakan relaksasi kredit diikuti oleh sektor kontraktor.

Berdasarkan pengecekan di lapangan,lanjut Jovent, perusahaan properti dapat bernapas lega setelah mendapat relaksasi dari perbankan, yang terdiri dari pemangkasan suku bunga Bank Indonesia, penundaan pembayaran pokok, dan penurunan suku bunga kredit serendah-rendahnya ke level 5 persen pada tahun ini dan 2021.

Kendati demikian, Jovent mengecualikan emiten properti PT Pakuwon Jati Tbk. dalam konteks positif. Pasalnya, emiten bersandi PWON tersebut berencana membayar seluruh pinjaman perbankannya pada tahun ini senilai Rp1,3 triliun per Desember 2019 alih-alih meminta restrukturisasi.

Di sisi lain, sektor konsumer, penjualan ritel, komoditas, dan otomotif disebut hanya akan mendulang untung terbatas dari restrukturisasi perbankan.

Adapun, nilai restrukturisasi kredit telah mencapai Rp600 triliun pada awal Juni atau 10 persen dari total pinjaman dan pembiayaan. Sebanyak 4 perbankan pelat merah telah merestrukturisasi Rp408 triliun kredit atau 16 persen dari total pinjamannya selama 2,5 bulan terakhir.

“Penting dicatat bahwa laju restrukturisasi ini lebih cepat dibandingkan pada 2015 ketika OJK mengizinkan restrukturisasi satu pilar. Keempat bank itu restrukturisasi Rp140 triliun pinjaman secara total pada 2015—2019. [Sementara] restrukturisasi pada krisis 1998 dan 2008 hanya terbatas,” tulis Jovent.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper