Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demi Jaga Profit, Emiten Barang Konsumsi Putar Otak Lakukan Efisiensi

Bank Indonesia (BI) mencatat koreksi penjualan ritel sebesar 4,5 persen secara year-on-year (yoy) pada Maret 2020. Penurunan lebih dalam yakni sebesar 11,8 persen diproyeksikan terjadi pada bulan April 2020.
Produk minuman yang diproduksi PT Kino Indonesia Tbk./kino.co.id
Produk minuman yang diproduksi PT Kino Indonesia Tbk./kino.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah isu perlambatan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini, beberapa emiten konsumer mulai bergeliat untuk melakukan efisiensi demi menjaga laba.

Bank Indonesia (BI) mencatat koreksi penjualan ritel sebesar 4,5 persen secara year-on-year (yoy) pada Maret 2020. Penurunan lebih dalam yakni sebesar 11,8 persen diproyeksikan terjadi pada bulan April 2020.

Direktur Keuangan PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) Budi Muljono mengatakan pihaknya sudah memprediksi bahwa kinerja keuangan kuartal II/2020 kemungkinan akan terpukul.

“Kuartal kedua ini lebih berat karena PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) juga baru diterapkan di awal kuartal kedua, sehingga dampak penurunan ini juga lebih terasa di kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama,” ujar Budi kepada Bisnis, Rabu (13/5/2020).

Namun, pihaknya terus berusaha agar pada kuartal kedua tahun ini, perseroan setidaknya dapat mempertahankan penjualan dibandingkan kuartal I/2020.

“Untuk laba, kami terus melakukan berbagai efisiensi supaya dapat mempertahankan profitabilitas perusahaan,” sambungnya.

Lebih lanjut, Budi menyatakan Kino masih berfokus pada penjualan produk hand sanitizer dengan jenama Eskulin yang masih cukup menonjol di antara variasi produk lain yang diproduksi oleh perseroan.

Kino membukukan lonjakan laba sebesar 243,47 persen, dari Rp150,12 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp515,6 miliar pada tahun lalu.

Adapun, penjualan bersih Kino pada tahun lalu sebesar Rp4,68 triliun, naik 29,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,61 triliun.

Senada, Direktur Finance PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Sandra Pattenden juga memprediksi dampak dari Covid-19 akan semakin besar pada kuartal II/2020.

“Untuk saat ini, kami belum bisa mengukur lebih jauh lagi dampak negatif dari COVID-19 terhadap bisnis kami, karena tidak ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir dan sampai kapan kita akan merasakan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia,” ungkapnya.

Produsen minuman beralkohol dengan jenama Bir Bintang tersebut menyatakan pada kuartal pertama, penjualan produk alkohol menunjukkan kinerja negatif tercermin dari penurunan volume bir hingga belasan persen dibandingkan kuartal I/2019.

Hal tersebut terutama diakibatkan oleh menurunnya pariwisata di Bali dan pembatasan di penjualan on trade sebagai bagian dari upaya menghambat penyebaran wabah.

“Tentunya kami saat ini berusaha untuk menjaga cash flow dan mengambil langkah-langkah untuk sebisa mungkin meminimalkan dampak negatif penyebaran wabah ini terhadap bisnis kami,” terangnya.

Selain itu, perseroan juga telah menyusun ulang prioritas bisnis dan menunda beberapa proyek.

Dikutip dari laporan keuangan kuartal I/2020, emiten berkode saham MLBI tersebut mencatatkan penurunan laba bersih mencapai 41,58 persen, dari posisi Rp239,5 miliar menjadi Rp139,92 miliar.

Penurunan juga terjadi di sisi penjualan bersih dimana perseroan membukukan omzet sebesar Rp627,35 miliar, melorot 17,64 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp761,76 miliar.

Meski belum dapat memprediksi dampak kinerja keuangan bagi penjualan, investor relations PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) Dion Surijata membeberkan pihaknya sudah melakukan efisiensi dengan menekan beban promosi.

“Kita memang terus lakukan efisiensi karena memang antisipasi jika PSBB diperpanjang sampai setelah Juni,” imbuhnya.

Namun di sisi lain, produsen beras Topi Koki tersebut juga lebih berupaya untuk menjaga kualitas beras yang diproduksi.

Terakhir, perseroan juga menekankan harga jual beras masih mengacu pada aturan harga eceran tertinggi atau HET dari pemerintah.

HOKI membukukan omzet Rp1,65 triliun sepanjang tahun 2019, naik 15,53 persen, dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp1,43 triliun. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga naik 15 persen dari posisi Rp90,20 miliar menjadi Rp103,72 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper