Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab IHSG Tersungkur ke Level 5.000

Investor disebut makin khawatir setelah virus corona menyebar ke 118 negara dan dinyatakan pandemi global oleh WHO
Pengunjung berada di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengunjung berada di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot ke level di bawah 5.000 dinilai dipicu oleh kepanikan pasar sebagai dampak dari penyebaran virus corona yang semakin luas. Paket stimulus dari pemerintah dinilai perlu untuk mengembalikan kepercayaan pasar.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan investor panik karena dampak virus corona terbilang massif hingga bisa melemahkan ekonomi China dan Italia. Terlebih, World Health Organization (WHO) telah melansir virus corona sebagai pandemi global karena telah menyebar ke 188 negara. Bursa saham global pun berguguran, termasuk Indonesia.

“Masih didominasi oleh kepanikan investor yang melakukan aksi jual untuk keluar dari pasar saham. Bukan hanya di bursa Indonesia saja,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (12/3/2020) di Jakarta.

Nafan melanjutkan, pelemahan yang cukup dalam ini sebaiknya dibarengi dengan sejumlah kebijakan mitigasi dari pemerintah. Kebijakan yang dikeluarkan sebelumnya seperti auto reject bawah dinilai belum efektif dalam memulihkan kepercayaan diri pelaku pasar.

Kebijakan terfokus itu dinilai perlu dilakukan guna mengurangi kepanikan pelaku pasar dan memulihkan kepercayaan investor terhadap pasar saham di Indonesia.

Dia menuturkan, pemerintah sebaiknya mengeluarkan paket-paket insentif yang berfokus pada peningkatan konsumsi masyarakat. Pasalnya, konsumsi domestik berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap kegiatan ekonomi di Indonesia.

“Mereka (konsumsi domestik) mencakup sekitar 56 persen dari perekonomian Indonesia. Bila pemerintah berhasil merancang kebijakan-kebijakan yang fokus pada hal ini dan berjalan efektif, secara perlahan keyakinan pelaku pasar akan kembali,” jelasnya.

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Aria Santoso mengatakan, pasar akan kembali menemukan keseimbangan ketika ada faktor rasional yang lebih dominan dan meredanya kepanikan untuk keluar dari pasar. Menurutnya, saat ini upaya seperti auto reject bawah yang diperkecil sudah cukup meredam kejatuhan IHSG.

“Selain itu, proyeksi pertumbuhan Indonesia yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan global juga dapat menjadi sentimen bagus,” tambahnya.

Dia menambahkan, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh otoritas terkait sebenarnya sudah cukup tepat. Dia menyebut, relaksasi persyaratan buyback saham oleh emiten dinilai dapat membantu menahan laju kontraksi IHSG. Namun, relaksasi tersebut tidak bisa mendatangkan efek yang bersifat segera.

Untuk diketahui, perdagangan saham sesi hari ini, Kamis (12/3/2020), harus selesai lebih awal setelah IHSG terkoreksi 5,01 persen ke level 4.895,748 pada pukul 15:33 WIB.

“Ya [perdagangan saham sudah ditutup],” ujar Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo saat dikonfirmasi Bisnis.com, Kamis (12/3/2020).

Hingga penutupan pada pukul 15.33 WIB, IHSG berada di level 4.895,74 atau melemah 5,01 persen dari posisi Rabu (11/3/2020) sebesar 5.154,10. IHSG hari ini dibuka pada tingkat 5.040,96 dan sempat mencapai titik tertinggi 5.040,98.

Senada, Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menyebut IHSG turun akibat kepanikan investor terhadap virus korona. Menurutnya, ketakutan akan virus itu semakin menjalar setelah Negeri Paman Sam mengumumkan larangan travel.

Market turun karena larangan travel dari Amerika Serikat yang disebabkan penyebaran virus. Hal ini tentu saja akan berdampak pada perekonomian. Penyebaran virus korona di luar china mulai massif dan membuat WHO mengumumkan ini sebagai pandemi,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (12/3).

Hans mengatakan sentimen positif saat ini hanyalah pelonggaran pungutan pajak dan aksi buyback yang bakal dilakukan oleh sejumlah emiten. Namun, lanjutnya, investor menginginkan yang lebih dari itu. Hans menilai yang tengah dibutuhkan investor adalah vaksin dari virus korona dan jumlah pasien yang selamat.

“Investor mengetahui tentang berbagai stimulus dan sedang menunggu realisasinya. Akan tetapi, virus korona menyebar lebih cepat daripada itu. Hal ini yang menyebabkan pasar terus turun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper