Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan Analis menilai potensi pembiayaan kembali atau refinancing oleh para emiten ritel tahun ini bisa menciut akibat perlambatan ekonomi.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto mengatakan beberapa emiten bakal lebih memilih untuk melunasi utang menggunakan kas internal. Sumber dana dari kas internal menjadi pilihan utama karena pasar obligasi kurang meyakinkan.
Dia menjelaskan, biaya dana atau cost of fund penerbitan obligasi saat ii memang cenderung dalam tren rendah. Namun, dana penerbitan obligasi biasanya digunakan untuk ekspansi atau refinancing.
“Sekarang ekspansi belum bagus sepertinya jadi lebih pilih kas internal. Belum waktunya ekspansi dan pasar tidak menopang,” ujarnya kepada Bisnis pada Senin (3/2/2020).
Ramdhan menambahkan, pasar saat ini lebih bergairah untuk menyerap surat utang yang diterbitkan kalangan perbankan, finansial dan telekomunikasi. Dia beralasan, tiga industri tersebut masih berpeluang tumbuh dan beberapa diantaranya memiliki peringkat surat utang yang layak investasi. Dia mengungkapkan, saat ini pembeli obligasi juga lebih selektif sejak adanya kasus gagal bayar.
Sementara itu, untuk emiten dari sektor ritel akan berat karena perlambatan ekonomi menghalangi ekspansi. Ramdhan menambahkan surat utang yang diterbitkan oleh PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. (TELE) dan PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) kinerjanya kurang baik di pasar sekunder meskipun kupon yang ditawarkan tergolong tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel