Bisnis.com, JAKARTA — Menjelang akhir perdagangan 2019, pasar modal di Indonesia tengah menghadapi tren window dressing. Aksi ini bakal memicu daya tarik investor pada jangka pendek.
Window dressing bisa di lakukan oleh emiten atau perusahaan public untuk menarik minat investor dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan perusahan. Salah satu caranya yakni menaikkan harga saham diakhir tahun di tutup naik dibandingkan periode sebelumnya.
Hans Kwee, Direktur PT. Anugerah Mega Investama mengatakan window dressing tak hanya dilakukan oleh emiten tetapi turut diramaikan oleh fund manager pengelola reksadana. Untuk memberikan laporan terbaik kepada investor, maka fund manager sering menganti portofolio pada akhir tahun.
“Saham-saham berkinerja kurang baik dikeluarkan dari portofolio diganti dengan saham-saham berkinerja baik,” ungkapnya, Sabtu (28/12/2019).
Hans menilai bahwa aktivitas ini secara langsung membuat saham-saham tertentu yang berkinerja baik mengalami kenaikan. Dan beberapa saham lapis tiga yang dilepas mengalami tekanan harga. Hal ini yang membuat pelaku pasar melihat di ujung tahun sering ada kenaikan saham-saham tertentu terutama saham blue chip.
Penaikan harga saham-saham blue chips sering terjadi pada akhir tahun sebab setiap bulan Desember indeks harga saham gabungan (IHSG) selalu berkinerja positif. Dia menilai bahwa investor dan pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum ini untuk meraih keuntungan.
Menurutnya, kenaikan pasar bulan Desember ini juga tidak lepas dari semakin dekatnya penandatangan fase awal antara China dan AS. Awalnya China memperlihatkan sikap maju mundur dan kurang antusias mengenai perjanjian perdagangan dibanding AS.
Pernyataan Beijing bahwa kontak dengan AS semakin dekat tak lama setelah Presiden Trump berkata tentang seremonial penandatanganan pakta perdagangan. Langkah China yang akan memangkas tarif impor terhadap berbagai barang dari AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel