Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Pangkas Suku Bunga Lagi, Yield Obligasi Melandai

Yield SUN tenor 10 tahun sempat turun ke level 7,03% sebelum BI mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan.
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Langkah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini langsung berimbas ke pasar obligasi.

Berdasarkan data Bloomberg, tingkat yield SUN tenor 10 tahun ditutup di level 7,078% pada akhir perdagangan Kamis (24/10/2019). Sepanjang tahun berjalan 2019, yield sudah turun 11,81% dari level 8,025% pada akhir 2018.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto mengatakan pergerakan harga SUN pada perdagangan hari ini menguat signifikan sehingga berimbas pada penurunan yield SUN tenor 10 tahun. Adapun, yield SUN tenor 10 tahun sempat menyentuh 7,03% sebelum BI mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan.

Padahal, tiga kali penurunan suku bunga acuan yang dilakukan secara berturut-turut pada Juli-September tak langsung mengerek harga SUN sehingga yield SUN tenor 10 tahun berkutat di kisaran 7,2% hingga 7,3%.

"Sempat menyentuh yield 7,03%," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (24/10/2019).

BI Pangkas Suku Bunga Lagi, Yield Obligasi Melandai

Seperti diketahui, Bank Indonesia memangkas lagi suku bunga acuan dari 5,25% menjadi 5%. Dengan demikian, Bank Indonesia memangkas 100 basis poin suku bunga acuan melalui 4 kali pemangkasan yang dilakukan setiap bulan sejak Juli hingga Oktober.

Adapun, pemangkasan suku bunga kali ini direspons pasar karena turunnya ketidakpastian akibat pengisi jabatan menteri di kabinet baru dan tensi eksternal yang cenderung reda di beberapa pekan belakangan.

Menurut Ramdhan, dengan pemangkasan suku bunga acuan, pasar Indonesia akan tetap menarik karena masih memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain di Asia.

"Euforia dan harapan-harapan terhadap menteri baru juga membuat pasar confident," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper