Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BEI Targetkan 76 Pencatatan Efek Baru pada 2020

Pencatatan efek baru tersebut terdiri atas saham, obligasi korporasi, EBA, DINFRA, dana investasi real estate (DIRE), dan reksa dana ETF.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi (tengah) didampingi Direktur Penilaian Perusahaan I Gede Nyoman Yetna (kanan) dan Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Risa E. Rustam memberikan keterangan pada paparan publik perusahaan di Jakarta, Rabu (26/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi (tengah) didampingi Direktur Penilaian Perusahaan I Gede Nyoman Yetna (kanan) dan Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Risa E. Rustam memberikan keterangan pada paparan publik perusahaan di Jakarta, Rabu (26/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA—Bursa Efek Indonesia memasang target pencatatan efek baru yang tak jauh berbeda untuk tahun depan.

Setelah menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang membahas tentang Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2020, BEI menargetkan sebanyak 76 pencatatan efek baru atau tak begitu berbeda dengan target pada tahun ini sebanyak 75 pencatatan.

Pencatatan efek baru tersebut terdiri atas saham, obligasi korporasi, Efek Beragun Aset (EBA), dana investasi infrastruktur (DINFRA), dana investasi real estate (DIRE), dan reksa dana ETF (exchange-traded fund).

I Gede Nyoman Yetna Setya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menyampaikan sejauh ini bisa dikatakan telah tercapai hampir 130% dari target yang ditetapkan untuk pencatatan efek baru pada tahun ini.

“Kalau dipersentasekan semuanya, lebih dari 130% dari target [2019 sudah tercapai], dengan asumsi tidak ada perubahan dari berbagai pihak. Ini adalah kesempatan yang baik untuk tercatat tahun ini,” tutur Nyoman di Jakarta, Kamis (24/10/2019).

Adapun, pada tahun ini BEI menargetkan sebanyak 75 pencatatan efek baru. Per 24 Oktober 2019, telah ada 42 perusahaan tercatat baru dan di pipeline bursa ada 35 perusahaan lagi yang akan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada sisa 2 bulan tahun ini.

Nyoman pun berharap para pengusaha tetap komitmen dengan bingkai waktu yang telah ditetapkan, sehingga dari sisi pencatatan saham pada tahun ini dapat melebihi rekor tahun lalu yang sebanyak 57 penawaran umum saham perdana (initial public offering).

Lebih lanjut, saat ini tingkat keberhasilan IPO di bursa adalah sebesar 85%. Dengan demikian, dari 35 perusahaan yang sudah ada dalam pipeline, kemungkinan besar sebanyak 30 perusahaan dipastikan menjadi emiten pada akhir tahun ini.

Selain dari pencatatan saham, animo pencatatan reksa dana ETF pada tahun ini juga meningkat. Kata Nyoman, sepanjang tahun berjalan sudah ada 10 produk yang didaftarkan di bursa dan masih ada 10 produk lagi yang berada dalam pipeline. Posisi ini jauh membaik ketimbang pada tahun lalu yang hanya terdapat 10 pencatatan produk ETF.

Mengenai pencatatan di papan akselerasi, Nyoman mengungkapkan telah ada satu perusahaan yang dipastikan akan tercatat di papan anyar tersebut.

Sebelumnya, telah ada 15 perusahaan yang mengajukan pendaftaran saham menggunakan POJK 53 dan 54. Namun, Nyoman menyebut seluruh perusahaan tersebut telah memenuhi persyaratan untuk tercatat di papan pengembangan sehingga dipromosikan ke papan pengembangan terlebih dahulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper