Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak Kinerja 10 Saham Big Caps Hingga Agustus 2019

Pasar saham sedang digoncang oleh gejolak perang dagang, bagaimana kinerja saham 10 emiten berkapitalisasi pasar jumbo alias big caps dalam 8 bulan pertama 2019?
Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Senin (29/5)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Senin (29/5)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang 8 bulan terakhir, saham 10 emiten berkapitalisasi jumbo bergerak variatif sejalan dengan gejolak pasar yang terimbas sentimen perang dagang Amerika Serikat dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, lompatan harga tertinggi dicetak oleh emiten Grup Barito Pacific, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA). Sepanjang Januari-Agustus 2019, saham TPIA melompat 49,56% ke level Rp8.825 per saham pada akhir perdagangan Jumat (30/8/2019).

Lesatan TPIA terutama terjadi dalam sebulan terakhir saat saham emiten petrokimia itu melaju 42,34% sepanjang Agustus 2019.

Selain TPIA, saham dua emiten BUMN PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga naik signifikan dalam 8 bulan terakhir.

Saham TLKM parkir di level harga Rp4.450 per saham pada akhir Agustus 2019 dan mencetak return 23,71% dalam 8 bulan pertama tahun ini. Sementara itu, saham BBRI menanjak 20,81% pada Januari-Agustus 2019 ke level Rp4.270 per saham pada Jumat (30/8/2019).

ihsg
ihsg

Di sisi lain, saham produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) melorot 24,82% pada periode tersebut. HMSP menyentuh level harga Rp2.690 per saham pada akhir bulan lalu.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menjelaskan, dalam sebulan terakhir, saham-saham big caps cenderung terdampak signifikan dari sentimen negatif yang ada di pasar belakangan ini.

“Waktu pasar mengalami pelemahan yang cukup dalam, maka saham-saham itu [blue chip] yang terkena aksi jual,” kata Reza kepada Bisnis, Minggu (1/9/2019).

Dirinya menjelaskan, kendati saat ini ada sentimen positif untuk saham-saham perbankan dari sisi pemangkasan suku bunga, perkembangan ekonomi global tetap masih mendominasi dan memberikan tekanan yang lebih besar bagi saham big caps.

Hal itu pun membuat pelaku pasar rajin melakukan aksi ambil untung (profit taking). Misalnya, dengan membeli saham perbankan ketika mendapat katalis positif dari pemangkasan suku bunga dan langsung menjualnya ketika tekanan eksternal perang dagang AS--China menghampiri untuk merealisasikan keuntungan.

“[Hal itu menjadi] risiko saham-saham besar, rentan terhadap sentimen yang ada karena market cap besar dan likuiditasnya juga besar. Orang lebih mudah untuk in-out,” jelas Reza.

Adapun, dengan asumsi sampai akhir tahun nanti kondisi perbankan kian positif, Reza memperkirakan sektor perbankan, konsumer, industri dasar, properti, dan konstruksi bakal menjadi pilihan investor. Selain itu, sektor pertambangan pun diperkirakan Reza bakal menarik kendati saat ini belum dilirik.

Kinerja Saham 10 Emiten Big Caps

Kode Saham

Harga per 30 Agustus 2019

(Rp/saham)

Kinerja 1 Bulan

Kinerja 8 Bulan

BBCA

30.500

-1,93%

18,38%

BBRI

4.270

 -5,11%

 20,81%

TLKM

4.459

 4,22%

 23,71%

UNVR

48.850

 13,47%

 9,55%

BMRI

7.250

 -8,81%

 1,48%

HMSP

2.690

 -8,81%

 -24,82%

ASII

6.675

 -8,25%

 -17,12%

TPIA

8.825

 42,34%

 49,56%

BBNI

7.700

 -7,78%

 -10,4%

ICBP

12.050

 13,41%

 16,92%

Sumber: Bloomberg.

Senada, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan, kekhawatiran perang dagang AS—China yang mewarnai sentimen di pasar beberapa pekan terakhir telah memukul kinerja saham-saham big caps.

Namun, secara spesifik, Hans menambahkan, saham milik PT Astra International Tbk. (ASII) yang turun 17,12% juga mengalami tekanan dari perlambatan penjualan mobil akibat persaingan di industri.

Selanjutnya, pelemahan kinerja beberapa saham perbankan disebut Hans turut disebabkan oleh perlambatan ekonomi yang menyebabkan ekspansi bank terganggu.

Ke depannya, sembari mencermati perkembangan perang dagang, Hans mengingatkan bahwa pergerakan pasar biasanya akan positif kembali pada Oktober.

Dengan prospek Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan menurunkan suku bunga sekali lagi menjelang akhir tahun dan bakal diikuti oleh Bank Indonesia, saham-saham sektor perbankan dan properti diperkirakan bakal rebound dan saham semen akan lebih menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper